Mari Bicara Gambar
Gambar 1: Habib Rizieq Shihab. Isi beritanya, baliho diturunkan. Tidak main-main oleh tentara bersama pasukan dan kendaraan taktisnya. Alasannya macam-macam: tidak berizin, tidak bayar pajak reklame, tak ada yang berani menurunkan termasuk Satpol PP. Pernikahan anaknya dimasalahkan. Tidak patuhi protokol kesehatan. Korbannya banyak. Kapolda Metro Jaya dan Jabar dicopot. Kapolres Jakarta Pusat dan Bogor dicopot. Kepala KUA yang menikahkan pun dicopot. Yang mengirim gambar memberi caption begini di bawah fotonya: Terus dicari kesalahannya. Gambar 2: Harun Masiku. Eks Caleg PDI-P yang sudah 11 bulan ini buron. Karena itu, pengirim gambar memberi teks begini: yang sudah jelas-jelas salah, tak dicari. Harun merupakan buronan kasus suap yang terkait pengurusan pergantian antarwaktu anggota DPR 2019-2024. ‘’Sudah sekian lama KPK gagal dan rasanya tak semangat untuk memburunya,’’ kata Peneliti ICW Kurnia Ramadhana. ICW meragukan komitmen Ketua KPK Firli Bahuri yang lebih banyak diam untuk urusan ini. ‘’Dia juga tak mau mengurus adanya dugaan penyekapan saat tim KPK memburu oknum tertentu di PTIK. Begitu juga untuk menggeledah kantor PDI-P,’’ lanjutnya. Saat, sejawatnya, wakil ketua KPK Nurul Ghufron mengusulkan agar Harun disidang in absentia, Firli juga enggan untuk menyetujuinya. Karena kasus Harun inilah citra KPK melemah dan dilemahkan semakin nyata. Bandingkan dengan bagaimana KPK memburu bendarahara umum Partai Demokrat M Nazaruddin yang diburu hingga Kolombia. Saat itu, KPK sedang gagah-gagahnya. Kini, media pun jarang menyebutnya. Adanya seperti tak ada. Gambar 3: Karangan bunga untuk Dudung Abdurachman. Pangdam Jaya ini seolah sedang mendapat simpati luar biasa dilihat dari ratusan karangan bunganya karena menurunkan baliho Habib Rizieq Shihab. Meminjam istilah Fadli Zon, sepertinya Dudung sedang memenangkan hati dan pikiran rakyat (winning the heart and mind of the people). ‘’Sayangnya,’’ kata Fadli dalam akun twitternya @fadlizon,’’ peperangannya melawan baliho.’’ Selain itu, ada yang memprotes merasa tidak mengirim bunga bertulis ‘’Lawan dan Tindak Para Penyebab Covid 19 dan Covidiot’’. ‘’Kami Asosiasi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) tetap bekerja keras melawan Covid. Namun, Karangan Bunga yang dikirim atas nama AMAN itu benar-benar tak bertanggung jawab karena kami merasa tidak mengirimnya,’’ kata PB AMAN lewat siaran persnya. Karena ada yang tak merasa mengirim ini, M Rizal Fadillah, penulis dan pemerhati politik dan kebangsaan, menulis yang dimuat di Demokrasi.co.id, dengan judul: Karangan Bunga, atau Bunga Karangan? Bang Yos, mantan Pangdam Jaya, juga mengingatkan agar TNI maju saat terakhir sebagai senjata pamungkas. ‘’Itu pasukan taktis bergerak. Kita belum segenting itu,’’ kata Letjen (Pur) Sutiyoso dalam acara Kabar Petang tvOne yang dikutip Viva, Senin kemarin. Bahwa ada pelanggaran baliho, kata Bang Yos, serahkan saja kepada Satpol PP. ‘’Kalau tidak bisa mengatasi, ya itu urusannya polisi,’’ katanya. Gambar 4: Bendera di Atap Rumah. Inilah perlawanan ala rakyat yang mencintai idolanya. Tahu, baliho tokohnya dicopoti, mereka memprotesnya, dengan memasangnya di atap rumahnya. Ada juga yang di pohon tinggi di halaman rumahnya. Gambar bicara banyak hal. Pro dan kontra. Suka tidak suka, Positif negatif. Satu hal yang saya heran. Melihat begitu besar gambar massanya, ratusan ribu penjemput kepulangannya, mengapa penguasa, termasuk Polri dan TNI tidak memilih merangkulnya. Apa sulitnya? Kepada Prabowo saja bisa. Hasilnya pasti: negeri tambah adem. Salam! Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)
Sumber: