Geliat Kebangkitan UMKM di Ladang Migas

Geliat Kebangkitan UMKM di Ladang Migas

Sumenep, Memorandum.co.id - Kabupaten Sumenep memiliki ratusan pulau yang sulit diakses. Satu-satunya sarana transportasi adalah kapal laut yang waktu tempuhnya berjam-jam dari daratan. Saat ini memang ada penerbangan kapal perintis tapi hanya rute Sumenep-Pagerungan. Imbasnya, sebagian besar warga pulau kesulitan mendapatkan lapangan pekerjaan. Aktivitas perekonomian juga kurang maksimal akibat akses jalan raya yang banyak mengalami kerusakan. Mereka jadi petani atau nelayan. Sebagian besar warga memilih merantau ke luar Madura bahkan luar negeri untuk mengais rezeki. Tapi berkat keberadaan perusahaan minyak dan gas bumi (migas) yang beroperasi di wilayah kepulauan Sumenep, banyak warga yang mampu bangkit dari kemiskinan dengan merintis usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Melalui kehadiran kontraktor kontrak kerjasama (K3S) minyak dan gas bumi (migas) khususnya di kepulauan terjauh yaitu Kangean dan Sapeken, banyak kelompok masyarakat yang mampu merintis usaha kecil di berbagai bidang. "Ada banyak UMKM binaan kami yang bergerak di bidang produk makanan seperti abon, keripik, minyak VCO dan olahan rumput laut. Ada juga pengrajin santegi, perbengkelan, peternakan unggas, pedagang asongan atau rombong sepeda," ujar Syarif, Staf Humas Kangean Energy Indonesia (KEI) yang merupakan salah satu K3S Migas di wilayah Sumenep. Syarif merinci daerah di kepulauan yang masyarakatnya sudah mulai belajar ekonomi kreatif. Di antaranya Dapoer Emmak yang berada di pulau Pagerungan Besar Sapeken. Kelompok usaha kecil itu memproduksi abon ikan jenis baby tuna, smart abon, abon pari, putihan dan ikan sadar. Selain itu, di Pagerungan Besar juga ada kelompok UKM Asybahna dan Manis Manja yang bergerak di bidang olahan rumput laut (ceker rumput laut) dan kerupuk ikan. Ada juga UMKM Aneka Tani di pulau Sakala Sapeken. Produknya adalah Sangko' (ikan kecil). Di pulau Pagerungan Kecil ada kelompok usaha Al-Mardho yang memproduksi minyak VCO (virgin coconut oil). Selain olahan makanan, kelompok usaha binaan KEI ada beberapa pengrajin kayu Santegi di pulau Pagerungan Besar Sapeken, bengkel sepeda motor dan perahu di Pagerungan Kecil, pedagang keliling di pulau Sadulang Sapeken yang jualan jajanan lokal, dan peternakan unggas di Pagerungan Besar. "Dari semua UMKM binaan kami di kepulauan, ada yang pemasarannya sudah tembus nasional. Seperti produk abon ikan, minyak VCO dan kerajinan kayu Santegi," urai Syarif. Sementara itu, Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Jabanusa), Nurwahidi menegaskan, salah satu tanggung jawab sosial perusahaan migas adalah menyejahterakan masyarakat terdampak. "Untuk program CSR atau PPM (program pengembangan masyarakat) kami selalu berkoordinasi dan sinergi dengan Pemerintah Kabupaten Sumenep. Sehingga semua program bisa tepat sasaran," ujar Nurwahidi. Kesuksesan program pembinaan terhadap masyarakat kepulauan oleh K3S Migas memang bukan hanya klaim sepihak saja. Buktinya pelaku UMKM memang mulai bangkit dari keterpurukan ekonomi. Salah satunya dialami oleh Thahira, pelaku UMKM di pulau Pagerungan Besar yang bergerak di bidang produksi abon ikan. "Selama ini produksi ikan yang melimpah di pulau tidak seberapa hasilnya jika dijual langsung kepada pengepul. Tapi setelah kami dibina untuk membuat olahan ikan berbagai jenis ternyata hasilnya lebih bagus. Produk kami disukai dimana-mana. Warga lain juga mulai tertarik membuat olahan serupa," ujar Thahira. (aan)

Sumber: