Kota Pasuruan Lengkapi Alat PCR Baru untuk Deteksi Covid-19

Kota Pasuruan Lengkapi Alat PCR Baru untuk Deteksi Covid-19

Pasuruan, memorandum.co.id - Pemutusan mata rantai penyebaran virus corona terus dilakukan. Berbagai upaya dilakukan mulai dari sosialisasi 3M hingga melengkapi peralatan medis yang dibutuhkan. Karena tak bisa dipungkiri awal mula munculnya kasus corona di Indonesia membuat dunia medis kalang kabut dengan tidak tersedianya peralatan kesehatan. Salah satunya adalah masker medis yang sebelumnya mudah didapatkan menjadi langka dan memiliki harga yang melambung tinggi. Baru-baru ini, RSUD dr R Soedarsono Kota Pasuruan memiliki alat PCR atau Polumerase Chain Reaction yang berfungsi mendiagnosis Covid 19. Informasinya, alat ini menelan anggaran hingga Rp. 4 Milliar. “Sejumlah perlengkapan mesin PCR sudah tiba. Beberapa di antaranya adalah Biosafety Cabinet, Vortex Mixer, Spindown Centri dan Laboratory Microcentri. Hanya masih ada alat utamanya yang belum datang,” ujar Kokoh Arie Hidayat, Kepala Dinas Komunikasi, Informasi dan Statistik Kota Pasuruan. Pihaknya mengatakan, ketika alat utama sudah datang maka bisa segera dioperasikan. Alat PCR RSUD dr R Soedarsono ditargetkan bisa beroperasi di pertengahan bulan Desember 2020. Ketika alat sudah lengkap maka nanti bisa disetting di ruangan yang bertekanan negatif. Peralatan yang datang tepat waktu tentu mempengaruhi proses setting dan minggu kedua bulan Desember bisa dioperasikan. Pemkot Pasuruan sendiri telah menggelontorkan dana sebesar Rp. 4 Milliar untuk melakukan instalasi PCR. Alat ini membutuhkan anggaran Rp. 800 juta. Sementara untuk renovasi ruangan bertekanan negatif sebesar Rp. 1,4 milliar dan pembelian reagen sebesar Rp. 1,8 milliar. “Kita membeli 4.000 unit reagen kit. Memang mahal,” pungkas Kokoh. Kelengkapan alat PCR ini tentu memberi harapan bahwa penanganan kasus virus corona di Kota Pasuruan bisa semakin cepat teratasi, kesembuhan bisa semakin tinggi, fatalitas bisa ditekan. Dengan begitu, kesehatan pulih, ekonomi bangkit. PCR memang disebut sebagai alat yang lebih akurat dalam mendeteksi virus Covid 19. Para ahli dan dan dokter sendiri menyarankana gar pemerintah mendeteksi virus Cvid 19 ini menggunakan rapid moleculer test berbasis PCR daripada menggunakan metode serologi. Para pakar juga menyebut bahwa PCR lebih akurat jika dibandingkan dengan metode serologi yang sekarang masih digunakan dalam rapid test massal mendeteksi virus corona. Mengutip CNN Indonesia, tes PCR memang bekerja dengan mendeteksi bahan genetik spesifik yang ada di dalam virus. Bahan genetik ini tergantung dari jenis PCR yang ada. Nantinya petugas kesehatan akan mengambil air liur, menyeka bagian belakang tenggorokan, sampel cairan dari saluran pernapasan bawah atau bisa sampel tinja untuk proses tersebut. Ketika sampel sudah ada di laboratorium, peneliti akan mengekstrak asam nukleat atau DNA dan RNA yang menyimpan genom virus. Peneliti bisa memperkuat daerah genom menggunakan teknik reaksi berantai transkripsi polerase terbalik. Saat sampel jadi besar dan memiliki salinan maka bisa mereka bandingkan dengan virus corona. Tes PCR an dikembangkan oleh Fltas Kedokteran niverity ofWashington hanya menargetkan 100 nukleotida yang spesifik untuk virus corona. 100 nukleotida ini termasuk dua gen yang ada di dalam genom virus corona. Sampel akan dianggap positif jika ditemukan dalam dua gen ini. Andrew Preston dari Bath University mengatakan bahwa alat PCR bisa sangat efektif dalam mendeteksi virus. Tetapi keampuhannya tergantung dari sebearap baik para petugas kesehatan untuk mengambil sampel dari pasien. “Jika virus tidak diambil pada swab maka hasilnya akan negatif. Sehingga seberapa efektif swab diambil dan jumlah virus yang ada di lokasi pengambilan sampel akan menentukan apakah virus terdeketis dari orang yang terinfeksi,” ujar Preston. Sementara itu Perhimpunan Dokter Spesialis Pau Indonesia atau PDPI mengatakan bahwa Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan Akademi Ilmuwan Muda Indonesia mengatakan usulan agar pemerintah menggunakan metode PCR. Alat ini lebih akurat karena bisa mendeteksi virus bahkan pada OTG atau orang tanpa gejala. Kepastian dan keakuratan inilah yang bisa menetukan penanganan terhadap pasien. “Dengan melakukan tes cepat atau rapid test berbasis PCR menggunakan sampel hasil swab sputum, nasal, ataupun feses dan cairan saluran pernapasan secara masif dan diisolir untuk mendapatkan perawatan dan disaat yang sama, menghentikan transmisi yang meluas,” ungkap salah satu peneliti dari Akademi Ilmuwan Muda Indoneisa, Berry Juliandi. Semakin cepat kasus positif atau terkonfirmasi bisa terdeteksi maka semakin besar juga kemungkinan pasien untuk sembuh. Dengan begitu tingkat kematian juga bisa ditekan. Agar bisa menjalankan PCR beberapa komponen utama yang dibutuhkan menurut Akademi Ilmuwan Muda Indonesia yaitu Kit ntuk mengekstraksi RNA, alat ekstraksi RNA Robotik, Reagen Kit PCR dan piranti keselamatan teknisi laboratorium. Dibutuhkan juga Swab collection tools and viral transport media serta kelengkapan lain yang berkaitan dengan kegiatan laboratorium BSL-2 atau Biosafety Leve 2.(rul)

Sumber: