Tak Dihargai Istri, Menikah vs Perempuan Bahu Laweyan (4-habis)

Tak Dihargai Istri, Menikah vs Perempuan Bahu Laweyan (4-habis)

Jarang Gituan, kalaupun Mau, cuma Njebablah seperti Pohon Pisang

Danang mengaku sempat miris mendengar kelima suami Endang meninggal tidak lama setelah menikah. Hanya yang pertama yang agak awet dan meninggalkan satu keturunan. Setelah mendengar jelas-jelas cerita itu, apakah Danang mengurungkan niatnya mengenal Endang lebih dekat, lantas menikahinya? Ternyata tidak. “Usia manusia ada di tangan Allah,” kata Danang, yang mengakui pribadi Endang sangat baik. Meski tidak menjalankan perintah agama dengan baik, tingkah laku perempuan tersebut tidak ada yang melanggar syariat. Kelemahannya cuma satu, tidak pernah beribadah. Mendengar pengakuan Endang, dari kelima suaminya, hanya yang terakhir yang yang mengerti agama dan tampaknya menjalaninya dengan istiqomah. Hanya sayang, Endang belum sempat berada dalam bimbingannya ketika suami kelima itu meninggal dunia. “Saya yakin, di tangan saya, Endang akan menjadi perempuan salihah,” kata Danang, yang mengaku niat menceraikan Sulami makin kuat. Perempuan itu dinilai dari hari ke hari semakin bersikap seenaknya sendiri dan ngawur. Bahkan hanya menganggap Danang kala ada maunya saja. Sulami juga sering menantang Danang agar menceraikannya pada saat berselisih pendapat. “Jangan tanya soal gituan. Kami sangat jarang melakukannya dalam empat-lima tahun terakhir. Kalau pun bersedia, dia hanya njebablah kayak gedebok pisang. Kaku dan dingin,” kata Danang. “Tidak pusing kalau jarang gituan?” pancing Memorandum sambil ngempet guyu.Nggak. Kalau istri benar-benar menolak, yang ngaji. Nanti lama-lama lupa dan hilang sendiri,” akunya. Danang mengaku pada saat curhat kepada Endang, ternyata perempuan tersebut sangat respek. Ini tampak dari sorot mata dan ekspresi wajahnya. Endang bahkan kentara sekali begitu memperhatikan curhatan Danang. Hingga suatu saat Danang memberanikan diri menyampaikan isi hatinya. Dia dengan berterus terang bertanya, andai nanti benar-benar menceraikan Sulami, bersediakah Endang menggantikan kedudukannya? Ternyata spontan Endang mengangguk. Tidak ada keraguan. Namun, sesaat kemudian wajah perempuan itu tampak murung. “Kenapa?” tanya Danang. “Aku khawatir nasib Mas Danang seperti suami-suamiku terdahulu,” kata Danang menirukan kegundahan perempuan tersebut. Jujur, Memorandum penasaran seperti apakah Endang itu sampai begitu banyak laki-laki yang jatuh cinta kepadanya? “Aku ingin kenal Mbak Endang,” kata Memorandum. “Kalau Njenengan mau nunggu, nanti jam limaan dia akan menjemput saya,” kata Danang. Pikir Memorandum, “Pas setelah itu bablas ke kantor.” Benar. Tidak lama kemudian sebuah mobil Toyota Sienta warna pink berhenti di depan warung tempat Memorandum dan Danang jagongan sekeluar dari gedung PA. Seorang perempuan berusia 40-an keluar. Dari jauh tampak bodinya yang langsing dan seksi. Dia berjalan mendekati warung. Langkahnya teratur dan elegan. “Diakah Endang?” batin Memorandum, “Hay Say,” sapanya kepada Danang. “Waalaikumssalam warohmatullahi wabarokatuh,” balas Danang. “Oh ya maaf. Assalamualaikum,” kata perempuan yang ternyata  memang Endang itu. Wajahnya cantik dan glowing. Mirip Raisa Andrina. (habis)   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih

Sumber: