Dukung Pemerintah, Petrokimia Sumbang Bidang Ketahanan Pangan
Gresik, memorandum.co.id - Memasuki satu tahun pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Kementerian BUMN di bawah kepemimpian Menteri BUMN Erick Thohir terus berupaya membantu pemerintah dalam meningkatkan perekonomian nasional. Petrokimia Gresik ikut mendukung upaya tersebut, terutama di bidang ketahanan pangan, khususnya penyediaan pupuk bersubsidi dan komersil yang berkualitas. Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo mengungkapkan bahwa dalam upaya menciptakan solusi yang komprehensif untuk sektor agroindustri dari hulu hingga hilir, Petrokimia Gresik mengedepankan pemanfaatan teknologi mutakhir agar solusi yang ditawarkan tepat sasaran. “Dengan kemampuan riset mumpuni yang kami miliki saat ini, didukung dengan pemanfaatan teknologi mutakhir, kami berhasil menciptakan produk-produk yang spesifik, tepat sasaran, dan bahkan dapat men-drive pasar,” tandas Dwi Satriyo. Adapun sejumlah produk andalan yang mampu menjawab kebutuhan pasar spesifik antara lain Phonska Plus, Phonska Oca, Petro Nitrat dan Petro Ningrat. Phonska Plus, lanjutnya, mendapatkan sambutan luar biasa dari pasar di sektor agroindustri. Pupuk yang terbukti mampu mendongkrak produktivitas tanaman ini bahkan menjadi market leader pupuk NPK nonsubsidi retail pada tahun 2019 dengan pangsa pasar atau market share sebesar 27%. Jika melihat pertumbuhan penjualan NPK Phonska Plus pada tahun 2020 ini meningkat signifikan. Sampai akhir tahun 2020, diprediksi penjualan Phonska Plus akan meningkat hingga 50% dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk itu, perusahaan menargetkan NPK Phonska Plus dengan formulasi 15-15-15 ini kembali mempertahankan posisi market leader di sektor pupuk nonsubsidi. "Phonska Plus diperkaya dengan unsur hara mikro Zinc yang sangat diperlukan oleh tanaman. Berdasarkan laporan International Fertilizer Association (IFA), kandungan Zinc pada lahan pertanian di Indonesia menurun sangat signifikan. Oleh karena itu, NPK Phonska Plus merupakan solusi atas masalah pertanian di Indonesia saat ini," jelas Dwi Satriyo. (and/har/gus)
Sumber: