Tak Dihargai Istri, Menikah vs Perempuan Bahu Laweyan (3)

Tak Dihargai Istri, Menikah vs Perempuan Bahu Laweyan (3)

Dilamar Pukul 03.00 Dini Hari di Stan Daging Pasar Keputran

Endang mengaku sempat drop dan trauma untuk menikah lagi. Tapi, mengapa akhirnya menikah lagi dengan suami kelima? Kata Endang, manusia memang hanya bisa berencana, tapi Tuhan-lah yang menentukan. “Ceritnya panjang. Lucu sekaligus mengharukan,” kata Endang, yang menjelaskan bahwa suami kelimanya adalah tokoh agama yang lumayan dikenal masyarakat sekitar. Dia anti-gugon tuhon. Lelaki tersebut, sapa saja Munir, tergolong joko tuwo karena belum nikah pada usianya yang hampir 35. Sebenarnya pemuda ini sudah mencari ke sana-kemari, tapi tidak menemukan perempuan yang sesuai kata hatinya. Pemuda tersebut baru merasakan hatinya krenyeng-krenyeng ketika kali pertama bertemu Endang. Tanpa menunda-nunda, saat itu juga Munir melamar Endang. “Itu kali pertama kami bertemu. Di Pasar Keputran jam 03.00 dini hari. Kebetulan  aku diajak Bulik blonjo sebelum balik ke tempat tinggalnya di Australia,” jelas Endang. Sedangkan Munir, seperti biasa mengantar ibunya kulakan. Ibunda Munir memang pedagang sayur mayur. Mereka bertemu muka saat sama-sama ngenyang thethelan daging untuk rawonan. Mereka sempat berbincang tipis-tipis. Tidak serius. Tapi, ternyata Munir malah menganggap serius perbincangannya vs Endang. Tanpa diduga-duga, saat itu juga Munir menyatakan cinta kepada Endang dan melamarnya. “Kalau Mbak Endang menerima, besok saya ajak orang tua melamar ke orang tua Mbak Endang,” kata Endang. Ia menambahkan bahwa tidak sempat menyatakan menerima atau menolak, ujug-ujug keesokan harinya Munir bersama ayah dan ibu bertemu ke rumah orang tua Endang. Entah dapat alamat dari mana. Minggu itu juga pernikahan Munir-Endang digelar secara sederhana. Yang diundang tidak banyak. Hanya keluarga besar keluarga masing-masing plus teman-teman dekat kedua mempelai. Usai menikah, Munir dan Endang langsung menjalani kehidupan rumah tangga tanpa berbulan madu seperti kebanyakan pengantin. Menurut Endang seperti ditirukan Danang, bulan madu hanya menghambur-hamburkan uang. Lebih baik uangnya dipakai beribadah. Kebetulan Munir yang punya yayasan pengelola ibadah haji dan umrah ini punya cita-cita berumrah atau berhaji begitu menikah. Tanpa menunggu waktu. Benar. Begitu menikah, esoknya Munir langsung menjadwalkan diri beserta Endang untuk berangkat ke Tanah Suci. Berumrah. Endang yang nul puthul dalam beragama norok bontek saja. Tapi seperti ditulis di atas bahwa manusia boleh berencana tapi Allah-lah yang menentukan, demikian juga yang terjadi kali ini. Ketika Endang bersama Munir berangkat ke Bandara Juanda untuk selanjutnya ke Tanah Suci, mobil yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan. Endang tidak terluka sedikit pun. Lecet saja, tidak. Sopirnya koma dan akhirnya meninggal, sedangkan Munir meninggal di tempat kejadian perkara. (bersambung)   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih

Sumber: