Napas Ngos-ngosan, Ngakunya Habis Olahraga, Percaya?

Napas Ngos-ngosan, Ngakunya Habis Olahraga, Percaya?

Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Ucapan Komaria menjadi pintu pembuka bagi Jono untuk mengungkapkan isi hati dan kegelisahan. Maka, diceritakanlah kisah asmaranya dengan Ningsih, yang kini kondisinya sangat memprihatinkan. “Saya pernah bersumpah tidak akan menyentuh perempuan lain selain dia. Ini tidak akan pernah berubah sampai maut memisahkan kami,” ungkapan kepada Komaria ini disampaikan Jono dengan wajah kelam. Alhamdulillah, ternyata keterbukaan itu menjadi awal kebahagiaan Jono. Komaria yang mengaku baru tahu cerita di balik sikap negatif Jono terhadapnya malah membuka pintu hebagaiaan tadi lebih lebar. Komaria mempersilakan suaminya menikahi Ningsih, asalkan tidak sampai diketahui keluarga besar mereka. Maka, dengan hati berbunga-bunga Jono lantas menyampaikan berita gembira ini kepada Ningsih. Ditemani sang istri, Jono menemui Ningsih di RS. Ketelatenan dan kesabaran Jono beserta Komaria akhirnya mampu mengantarkan Ningsih menemukan kembali kesadarannya. Dalam pembicaraan enam mata antara Jono, Komaria, dan Ningsih, disepakati bahwa Jono akan menikahi Ningsih. Jono yang waktu itu mencari tempat menikah secara sembunyi-sembunyi agar tak diketahui keluarga sempat membisikkannya kepada Memorandum. “Di Pacet saja, aku punya paman mengasuh pondok pesantren di sana,” usul Memorandum, yang spontan diiyakan Jono. Seminggu setelah itu, kami pun ke Pacet. Namun, karena pondok sedang punya acara. Karena itu, akad nikah disarankan dilakukan di vila wali santri di Trawas. Tak lama setelah itu kami boyongan ke Pacet untuk menikahkan Jono vs Ningsih. Binar kebahagiaan terus terpancar dari wajah keduanya. Komaria sengaja tak ikut untuk memberi kebebasan seluas-luasnya kepada Jono menikmati nuansa pengantin barunya. Seperti terungkap pada awal tulisan ini, prosesi ijab kabul Jono vs Ningsih berlangsung lancar. Kami lantas beriringan menuju mobil untuk mengantarkan mereka ke sebuah hotel yang sudah disewa khusus untuk pasangan pengantin. Kami langsung melepas pasangan pengantin untuk menuju hotel tanpa diikuti siapa pun. Agar malam pertama mereka berlangsung romantic tanpa ganguan apa pun. Agar kebahagiaan yang tertunda terjalin kuat. Jono menolak mengendarai mobil. Dia memilih mengambil motor milik kerabat. “Kami akan menikmati keindahan alam semesta dan menghirup udara segarnya,” kata Jono sambil naik motor, diikuti Ningsih di boncengan. “Kita bertemu lagi besok di pondok Ustaz Azis,” teriak Jono. Tangannya melambai dan motornya melaju pesat Wesss… Kami berombongan naik mobil kembali ke pondok. Kami sepakat mengikuti acara pengajian dan doa bersama yang digelar pondok menyambut tahun baru Hijriyah. Kami akan kembali ke Surabaya bersama pengantin, keesokan harinya. Bangun pagi, tiba-tiba HP Memorandum bergetar. Suara terbata-bata terdengar. Dari Jono. Ada apa? “Sekali lagi terima kasih, Mas,” kata Jono. Napasnya ngos-ngosan. Katanya baru saja lari pagi bersama Ningsih. Pembaca percaya mereka barusan lari pagi? (habis)  

Sumber: