Ketika Lelaki Terhormat Terjerat Cinta Nafsu Pemandu Lagu (1)
Dengar Tetangga Punya Cem-ceman Pembantu yang Mantan Purel
Hendardi (bukan nama sebenarnya) kaget saat mendengar pembantu baru tetangga sebelah orangnya syantik weleh-weleh. Maklum, Hendardi sangat jarang berada di rumah. Sibuk kerja. Paling di rumah hanya ngungsi tidur. Kabar tersebut didengar dari tetangga-tetangga lain ketika mampir ngopi di warung dekat gerbang perumahan, suatu hari sepulang kerja. “Kata mereka (para tetangga, red), dia (pembantu tadi, red) pernah kerja sebagai purel karaoke,” cerita Hendardi di ruang pengacara, sekitar Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya. Cerita mereka seru-seru. Ada yang bilang pembantu itu sebenarnya bukan murni pembantu, tapi cem-ceman juragannya, sebut saja Udin. “Pak Udin pancen pinter. Ketimbang mahal cari kontrakan buat perempuan itu, lebih praktis disuruh nyamar jadi pembantu. Murah dan praktis. Setiap saat bisa dipakai. Cuma harus waspada. Welut... welut,” kata tetangga yang biasa disapa Mukhlis. Yang lain tertawa. “Memang tidak rugi ngingu pembantu kayak si Engkom (samaran, red). Sudah cantik, seksi, lincah lagi. Yang kasihan Bu Udin. Sejak Engkom tinggal di rumah, beliaunya pasti jarang disentuh. Bisa-bisa naiyeng,” kata tetangga yang lain, sebut saja Miko. Kembali semua tertawa. Hendardi penasaran, seberapa cantikkah pembantu yang disebut-sebut bernama Engkom itu? Juga, seberapa seksikah sampai bapak-bapak begitu yakin Pak Udin melupakan istrinya? Tapi kalau yang namanya Engkom itu benar-benar bekas purel karaoke, kredibilitasnya pasti tidak perlu diragukan. Pasti pancen syantik weleh-weleh. Rasa penasaran Hendardi semakin besar ketika ada yang mengatakan bahwa sejak Engkom menjadi pembantu, Udin tidak lagi pernah pulang malam. Setiap Magrib selalu sudah ada di rumah. Juga, jarang lembur. Padahal, sebelumnya, pejabat di dinas basah itu lebih sering berada di luar rumah dibanding di rumah. Kalau digojlok para tetangga, jawabnya pasti sibuk. Pekerjaan kantor menumpuk. Klise. Kuno. Prek kethek! Mengingat itu, Hendardi tersipu. Sebab, dirinya sendiri berperilaku tak jauh beda. Rumah seolah hanya dijadikam tempat singgah. Untuk tidur. Sepulang kerja, waktu lebih banyak dihabiskan untuk cangkruk bersama teman-teman. Ya di kafe. Ya di karaoke. Atau paling tidak di warung kopi, milimal pos kamling. Hampir semua pria di kompleks perumahan tempat tinggal Hendardi sudah tahu siapa Engkom. Minimal pernah melihat. Atau sekadar curi-curi pandang bagi bapak-bapak yang takut konangan istri. “Saya heran. Sudah hampir sebulan si Engkom tinggal di sini, Pak Hendardi belum pernah sekali pun bertemu dia,” celetuk bapak-bapak yang biasa disapa Pak Brengos karena bulu di atas bibirnya sangat lebat dan kaku. “Saya yakin kalau sudah tahu, Pak Hendardi pasti malas keluar rumah. Kerjanya hanya angruk-angkruk di loteng belakang sambil menthelengi Engkom. Bisa-bisa ngendok di sana,” imbuh Mukhlis sambil terus ber-wk wk wk. (bersambung) Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasihSumber: