Dipaksa Akui Kehebatan Dukun Lereng Gunung Raung (1)
Dibantu Oknum, Jadikan Keponakan sebagai Anak Kandung
Suleman (38, bukan nama sebenarnya) sakit hati. Istrinya, sebut saja Lulus (31), mbanggel. Nasihat agar Lulus tidak mendatangi dukun untuk minta tolong tidak dihiraukan. Menurut Leman, rumah tangganya dengan Lulus berjalan relatif mulus. Tidak ada ganjalan berarti. Semua lancar-car-car-car. Satu-satunya kekurangan mereka hanya satu. Belum dikaruniai keturunan. Untuk mengobati kerinduan terhadap momongan, suami-istri yang sama-sama berasal dari desa ini merawat salah satu keponakan. Anak adik Lulus. Kebetulan suami si adik sudah meninggal. Bablas setelah terserang stroke. Kebetulan anak tersebut masih berusia tiga bulan sehingga diyakini bisa menyatu dengan orang tua barunya. “Waktu itu disepakati kami akan menjadikan anak angkat kami tadi sebagai anak kandung. Kami tahu ini tidak boleh (dalam agama), tapi Lulus ngotot,” kata Leman. Semua berkas diuruskan saudara sepupu Lulus yang bekerja di dispendukcapil. “Kami tahunya beres,” kata Leman di warung kecil selatan gedung Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya, baru-baru ini. Sebelumnya warga Tandes ini amat sangat kaget ketika disapa Memorandum. Dia kira Memorandum sebagai kakaknya yang tinggal di Lamongan. Mirip, 11:111. “Kayak Mandra dan Andika Mahesa,” katanya, lantas tertawa. Jujur Memorandum sempat sedikit tersinggung. Sebab, kedua nama yang disebut tadi tidak ada ganteng-gantengnya sama sekali. Baik Mandra bintang sinetron Si Dol Anak Sekolahan maupun Andika mantan vokalis Kangen Band. Hedeh! Percakapan ringan itu berkembang. Sampai Leman menceritakan kenapa hingga sampai PA. “Sebenarnya sedih sih, Mas. Tapi buat apa sedih. Semua sudah takdir,” katanya. Mencoba menghibur diri. Menurut Leman, kehadiran anak angkat tadi, sebut saja Deni, mampu mengobati kerinduan Leman dan Lulus terhadap anak-anak. Deni mereka perlakukan amat istimewa. Segala kebutuhan Deni dinomorsatukan. Lebih baik Leman dan Lulus tidak makan tiga kali hari asalkan mereka bisa membelikan seteguk susu untuk Deni. Ketika Deni menangis karena anak tetangga bermain bedil-bedilan, Leman rela mengurangi sediaan uang untuk membayar cicilan motor agar bisa membelikan Deni bedil-bedilan yang sama. Bila perlu lebih buuuagus, seperti milik polisi, yang selalu titis menembak batis penjahat. Leman dan Lulus juga mengistimewakan asupan gizi Deni. Selain susu kaleng yang biasa dikonsumsi anak-anak dari keluarga gedongan, Lulus rela merogoh dompet dalam-dalam demi bisa membelikan aneka vitamin untuk Deni. Pokoknya semua demi Deni. Deni. Deni. Dan Deni. Rasa sayang Lulus terhadap Deni tercurah total. Bahkan tidak tersisa sedikit pun untuk dirinya sendiri. Apalagi untuk Leman. Bila perlu diri sendiri dan suami dinomorsejutakan! “Tapi aku rela untuk itu. Aku sendiri sangat menyayangi Deni. Anaknya lucu dan menggemaskan. Matanya blolak-blolok koyok damar Taman Bungkul, tawanya renyah kayak kerupuk kepidak kucing, baunya wangi kayak bunga-bunga di taman surga. Pokoknya anu-lah,” kata Leman menggambarkan kecintaannya kepada Deni. Dia mengibaratkan Deni sebagai potongan surga yang diturunkan Tuhan ke dunia. Indah tiada tara. Intinya, kata Leman, gajinya sebagai kepala keamanan di pabrik alat-alat rumah tangga direlakan ludes untuk kebutuhan Deni. Dia dan Luluk hanya menikmati sisa-sisanya. Dicukup-cukupkan. (bersambung) Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasihSumber: