Garis Komando Covid
Oleh: Ali Murtadlo "Saya tidak menggurui. Tidak menguliahi. Juga tidak menyalahkan siapa-siapa," kata Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono pada acara Peringatan HUT ke-3 The Yudhoyono Institute (TYI) di Puri cikeas Bogor 10 Agustus lalu. Pada saat itu juga diluncurkan dua buah buku baru SBY. Pertama: Pandemi Covid-19. Jangan Ada Dikorbankan. Judul kecilnya: Manusia dan Ekonomi, Keduanya Dapat Diselamatkan. Buku Kedua: Dunia Damai, Jika Keadilan Tegak. No Justice, No Peace. Refleksi SBY terkait pentingnya keadilan untuk menggapai perdamaian. Karena kita lagi pusing menangani Covid, kita bahas buku Covid SBY yang bertebal 108 halaman. Background SBY yang militer, sangat menekankan perlunya garis komando yang tegas untuk menanganinya. Untuk apa? "Agar pelaksana di level teknis dan strategis tidak gamang dan gagap," tulis A.K.Umam, pemerhati sosial dan politik dan doktor alumni University of Queensland, Australia, dalam resensinya di Jawa Pos, hari ini. Komando yang jelas, menurut Umam, akan menghindarkan dari dilema antara pilihan nyawa manusia dengan pilihan ekonomi. "Sejak awal dalam menangani Covid, Pak SBY, seperti menghindarkan konflik dua kepentingan ini. Keduanya sama-sama fundamental. Keduanya harus dijaga bersamaan," katanya. SBY, dalam bukunya, menuliskan bahwa negara yang sukses menangani pandemi adalah negara yang cepat tanggap dan melakukan kebijakan ketat. "Negara yang merespon cepat, ketat, dan tidak terlalu tergesa melakukan pelonggaran, adalah negara yang berhasil menangani covid," tulisnya di halaman 37. Untuk itu, tulis SBY, diperlukan manajamen kepemimpinan. "Termasuk kualitas hubungan dengan para ahli kesehatan," katanya. SBY juga menekankan pentingnya komunikasi antara pemimpin pusat dengan pemimpin daerah. "Mengelola relasi dengan pemimpin daerah juga sangat vital untuk kesuksesan penanganan Covid." Dia memberikan contoh betapa pentingnya menyikapi serius masalah pandemi ini. Mulai awal hingga sekarang ini. Jika awalnya tidak menyepelekan, kebijakannya benar, konsisten, gampang diikuti pemerintah daerah, maka penanganan covid akan lebih gampang. SBY mencontohkan AS sebagai negara yan sembrono dalam penanganan Covid. "Negara superpower yang riset kesehatannya begitu maju, ternyata tergagap juga menangani Covid. Mengapa? Karena masalah leadership dan krisis manajemen," tulisnya. SBY bukan menguliahi, menggurui, atau menyalahkan siapa saja.Tapi, pemimpin yang bijak, bisa mengambil hikmah dari mana saja, termasuk pendahulunya. Salam! Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)
Sumber: