Tetap Happy Saat Pandemi

Tetap Happy Saat Pandemi

Oleh: Ali Murtadlo Kebahagiaan orang Amerika Serikat menurun. Terburuk sejak 50 tahun lalu. Itu menurut hasil survey yang dilakukan NORC. Gara-garanya, Anda sudah bisa menebak, penanganan corona yang buruk. Mereka khawatir akan menjadi korban berikutnya: terpapar maupun mati. Angka kematian covid dan yang terpapar di negeri Donald Trump memang termasuk yang tertinggi di dunia. Lalu, para pakar kebahagiaan ramai-ramai memberikan sarannya untuk tetap happy, bahagia. Menurut Nicole Spector yang menulis untuk TODAY, 21 April lalu, menyarankan 7 tips kebahagiaan. 1. Olah raga. Apakah jalan kaki, senam, sepedaan atau yan lain, akan meningkatkan mood kebahagiaan Anda. 2. Meditasi. Akan mendongkrak "feel good" Anda sekaligus menurunkan adrenalin dan kortisol (hormon stres) Anda. Nomer 3 jangan abaikan kualitas tidur Anda. Tidur nyenyak 6-7 jam akan memperngaruhi fisik dan mental sepanjang hari Anda. Kunci tidur berkualitas adalah memulai tidur dan bangun tidur yang sama tiap hari. 4. Tetap berhubungan dengan orang lain meski hanya telepon atau zoom. Keep connected dengan orang lain. Anda akan terhibur. 5. Saatnya menata rumah, taman, kamar tidur. Ganti-gantilah suasananya. Suasana hati Anda pasti terpengaruhi. Nomer 6 meski tak dianjurkan banyak keluar, tapi tetaplah keluar rumah berada di taman untuk kerja, baca, kalau perlu berkemah. 7. Banyak bersyukur. Kepada sang pencipta, kepada pasangan, anak-anak, kepada tetangga atau siapa pun. Mudahlah mengatakan terima kasih terhadap kebaikan apa pun yang Anda terima. Gus Baha' juga punya resep sederhana agar kita happy. "Jangan buat hidupmu ribet," kata Kiai muda bernama lengkap KH Bahauddin Nursalim ini. "Jangan tergantung banyak hal. Bergantunglah sama Allah, dekatlah denganNya. Itulah cara gampang mudah bersyukur," katanya. Kebahagiaan, kata Gus Baha' milik siapa saja, yang kaya, yang miskin, yang berpangkat maupun rakyat jelata. "Ndak usah nunggu terkenal untuk bahagia. Ndak usah nunggu punya duit banyak. Ndak usah terlalu tergantung pada banyak hal. Susah bersyukur nanti," katanya. Kiai yang hafal 30 juz ini heran mengapa untuk bahagia saja orang harus makan enak di restoran mewah. "Padahal, untuk makan enak itu syarat cuma satu: lapar. Asal lapar makanan apa pun asal halal dan sehat, pasti enak," katanya. "Tapi, bagi sebagian orang harus makan sate, gule, di restoran mewah. Ribet itu namanya," katanya. Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)

Sumber: