RT-RW Jadi Mesin Pendulang Suara Pilwali
Surabaya, Memorandum.co.id - Perebutan kursi balai Kota Surabaya melalui Pilwali 9 Desember 2020 dipastikan bakal ketat. Pasalnya di Pilwali ini hanya ada dua pasangan calon, Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno dan Eri Cahyadi-Armuji. Dipastikan kedua Paslon saling mengunci untuk berebut suara di tingkatan Rukun Tetangga (RT) dan rukun warga (RW) di 154 kelurahan yang tersebar di 31 kecamatan. Ketatnya pertarungan ini, menurut pakar politik Undar, Moch Mubarok Muharam rawan money politik. Untuk itu, Mubarok mengingatkan warga kota Surabaya agar semakin cerdas di Pilwali langsung 2020. Sedangkan pasangan calon cawali dan cawawali harus bisa menjalankan politik santun dan bermartabat untuk mengedukasi warga kota akan pentingnya berdemokrasi. Pakar politik Universitas Darul Ulum Jombang ini membenarkan jika di jajaran RT dan RW mempunyai kemampuan mendulang suara. "RT dan RW mempunyai hubungan langsung dengan warga. Sehingga tidak jarang mereka menjadi mesin politik. RT/RW punya kemampuan dan potensi mendulang suara karena mereka berhubungan langsung dengan pemilik suara," tegas Mubarok. Mantan aktivis Fisip Unair ini menjelaskan, kekuatan warga kota yang sudah memiliki kemampuan memilih dan menentukan pilihan atau pemilih yang cerdas membuat berbagai upaya pendekatan pasangan calon yang bertarung di Pilwali Kota Surabaya. "Kemampuan mesin politik RT/RW semakin memikat paslon. Apalagi jika mereka mampu ikut menjadi mesin pendulang suara pasangan calon," tutur dia. Lanjut Mubarok yang juga Ketua Lembaga Tranformasi Letram ini, tidak menutup kemungkinan RT maupun RW akan ikut menawarkan sesuatu kepada warganya sebagai upaya meraih dukungan suara dalam pilwali. Barok menyebutkan, ada 2 tawaran yang disampaikan mesin pendulang suara ditingkatan akar rumput. Pertama, tawaran pragmatis atau jangka pendek yaitu money politics. Kedua, tawaran strategies/jangka panjang yaitu program kerja. "Masyarakat harus cerdas agar memilih berdasarkan program. Jangan tergiur kepentingan sesaat. Namun setelah itu dibiarkan, dan warga menjadi korban," urai dia. (day)
Sumber: