Mata Uang Kembar untuk Warga Surabaya
Oleh Arief Sosiawan Pemimpin Redaksi Pekan ini, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Surabaya tiba-tiba mengumumkan ada bakal pasangan calon (bapaslon) wali kota dan wakil wali Kota Surabaya terpapar Covid-19. Akibat kabar mengejutkan itu, bermunculan isu yang terpapar adalah pasangan Ma-Ju (Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno). Kabar itu sempat tidak dipercayai warga Kota Surabaya. Mereka bilang itu isu belaka. Ada pula warga yang menilai kabar itu upaya “pembunuhan karakter” bagi pasangan Ma-Ju, yang enam bulan terakhir malang-melintang blusukan kampung sebelum pasangan Er-Ji (Eri Cahyadi-Armuji) mendapatkan rekomendasi Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P). Mereka menilai kabar pasangan Ma-Ju terpapar Covid-19 sebagai cara jitu KPU menghentikan langkah sosialisasi pasangan jenderal-pengusaha yang kini mulai dikenal dan disukai warga Surabaya. Kabar lain muncul sebaliknya. Perlakuan KPU dianggap tepat. Alasannya sederhana, biar “pertarungan” dua bapaslon dalam perebutan Surabaya-1 (wali kota) adil, perlu ada penyeimbangan. Yakni, menghentikan langkah Ma-Ju sekaligus memberi waktu bagi pasangan Er-Ji untuk konsolidasi internal sambil mengejar waktu sosialisasi yang terbuang. Isu itu bisa benar, bisa pula salah. Tapi faktanya, pasca kabar itu muncul, KPU memberi jadwal tes kesehatan baru bagi pasangan Ma-Ju dari jadwal sebelumnya. Yang seharusnya tes kesehatan Ma-Ju jatuh pada 7 September bersamaan dengan pasangan Eri Cahyadi-Armuji, tapi tes kesehatan Ma-Ju diundur menjadi 18 September agar mereka melakukan isolasi mandiri 10 hari. Jadwal mundur inilah yang memicu tudingan KPU Surabaya tidak fair. Tidak adil. Berat sebelah. Lebih tragis lagi, ada penilaian KPU takut kepada pemerintah karena jika tidak menurut pemerintah, anggaran KPU tidak akan dicairkan alias diturunkan. Benarkah demikian? Yang jelas warga tidak tahu. Tidak bisa menjawab berbagai isu pekan ini yang berkembang tanpa kendali. Penilaian lain juga muncul. KPU “dipesan” agar berbuat netral mengingat kedua bapaslon berasal dari “rumpun” yang sama, yakni kalangan merah. Er-Ji dari rumpun Megawati Soekarno Putri karena mengklaim penerus Risma dan semua tahu Risma selain wali Kota Surabaya juga salah satu Ketua DPP PDI-P. Sementara pasangan Ma-Ju, meski didukung dan diusung delapan partai peserta pemilu (PKB, PAN, Gerindra, Golkar, NasDem, PPP, PKS, Partai Demokrat), dari catatan yang ada Ma-Ju juga bisa disebut dari rumpun Joko Widodo mengingat Machfud Arifin pernah sukses mengemban tugas sebagai ketua tim sukses Joko Widodo-Ma’ruf Amin saat pemilihan presiden 2019 lalu. Dan, Joko Widodo adalah petugas partai PDI-P yang kini menjabat presiden RI. Sedangkan Mujiaman Sukirno, banyak yang tahu sebelum dirinya maju sebagai bakal calon wakil wali kota menjabat direktur utama PDAM Surya Sembada yang tak lain juga layak disebut sebagai anak buah wali kota Risma. Lantas…, apalagi yang tersisa di pemilihan wali (pilwali) Kota Surabaya?(*)
Sumber: