Pemkot Surabaya Siapkan Wadah Baru Bagi Seniman
Surabaya, memorandum.co.id - Tempat hiburan di Surabaya cukup banyak. Dari yang gratis hingga yang berbayar semua ada dan itu tergantung masyarakat untuk memilih. Memang bagi masyarakat kelas atas, tentu tidak akan kesulitan untuk mendapatkan tempat hiburan sesuai dengan selera. Lain persoalan dengan masyarakat menengah ke bawah yang akan berhitung ketika hendak tempat hiburan. Untuk tempat wisata gratis, bisa berkunjung ke taman aktif seperti Taman Bungkul, Taman Ekspres, atau Taman Prestasi. Di sana lengkap permainan anak. Ada juga taman hutan raya atau tahura yang gratis seperti di Tahura Pakal, Taman Anggrek, atau Kebun Raya Mangrove. Kalau ingin wisata edukasi, bisa ke museum tanpa bayar alias gratis. Seperti Museum Surabaya, dan Museum Pendidikan. Jika mau wisata murah meriah bisa ke Kebun Binatang Surabaya. Dengan merogoh kocek Rp 15.000 bisa melihat aneka satwa dan aneka flora. Nah untuk mereka yang ingin mendapatkan hiburan kesenian tradisional, harus diakui sejak dibongkar THR di Jalan Kusuma Bangsa, panggung kesenian tradisional stagnan. Memang ada pagelaran seni tradisional gratis, namun tidak sering. Ini bisa ditemukan di Balai Budaya Surabaya atau Balai Pemuda, serta Balai Budaya Jatim. Lalu bagaimana dengan rencana Pemkot Surabaya ke depan terkait revitalisasi THR. Pemkot Surabaya sendiri sejak setahun silam akan merevitalisasi THR, Hi-Tech Mall, dan Taman Remaja Surabaya (TRS) yang masih satu kawasan. Awalnya, ketika THR sudah dikelola oleh Pemkot Surabaya, disusun rencana matang untuk memindahkan gedung kesenian ke depan, bukan di belakang gedung THR seperti saat ini. Khusus TRS sendiri sudah tutup sejak 2018 dan dibongkar oleh PT Star sejak Agustus 2020. TRS sendiri lebih banyak berisi wahana permainan dan sahamnya 37, 5 persen Pemkot Surabaya, dan 62, 5 persen PT Star. Namun, seiring berjalannya waktu, ternyata lahan di TRS itu sudah habis masa kontraknya dengan pihak ketiga, sehingga pemkot meminta pengelola TRS untuk mengembalikannya ke pemkot karena akan dipergunakan sendiri. Dengan berjalannya waktu, akhirnya lahan di TRS itu diserahkan ke pemkot. Karena TRS sudah bisa dikelola pemkot setelah masa 3 bulan itu, maka secara otomatis Pemkot Surabaya harus menyusun ulang konsep kawasan tersebut. Sebab, sesuai rencana kawasan itu tetap akan dijadikan kawasan kesenian dan taman hiburan seperti sediakala. Kabid Gedung dan Bangunan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Cipta Karya dan Tata Ruang (DKPCKTR) Surabaya Iman Kristian mengatakan, TRS akan diintegrasikan dengan THR dan Hi-Tech Mall. Yang nantinya akan menjadi ruang publik yang berkonsepkan teknologi. Luas tanahnya jika digabung menjadi 8,4 hektare. Menurutnya, TRS tidak berubah tetap menjadi taman hiburan berbasiskan wahana permainan seperti Jatim Park di Kota Batu. “Konsepnya seperti Jatim Park 1, 2 dan 3. Namun setiap tempat memiliki konsep berbeda,” ujarnya. Sedangkan untuk THR, akan dipugar sebagai tempat pelatihan seni. Rencananya akan dibangunkan studio dan difungsikan sebagai sarana berlatih. Baik studio perfilman sampai band. Lebih jauh, Iman mengaku, master plan sudah ada di meja Bappeko Surabaya. Jika sesuai rencana memasuki tahap pembangunan pada 2021. “Yang jelas, pembangunannya itu bisa ditempuh kurun waktu setahun tuntas,” tegas dia. Sementara itu tempat hiburan dan berkesenian akan bisa dilakukan Alun-Alun Surabaya yang pembangunan ditargetkan selesai pada November 2020. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan konsep bangunan Alun-Alun Surabaya ini tak hanya berfungsi untuk wadah pertunjukkan kesenian. Namun, anak-anak Surabaya yang ingin mengembangkan bakat dan minat di bidang kesenian dapat memanfaatkan bangunan tersebut. Apalagi, kompleks Balai Pemuda ini juga dilengkapi dengan Gedung Balai Budaya, perpustakaan, rumah bahasa dan matematika. “Anak-anak nanti bisa belajar menari di sini, bermain musik di sini dengan aman. Saya berharap ruangan ini bisa digunakan maksimal. Jadi itu mimpi saya,” kata Risma beberapa waktu lalu. Menurut dia, untuk ruang atau bangunan khusus kesenian dinilai masih kurang. "Makanya, saya berinisiatif membangun Alun-alun Surabaya untuk mewadahi ruang kesenian bagi anak-anak agar bisa mengembangkan minat dan bakatnya,” tuturnya. Wali kota yang menjabat Presiden UCLG Aspac ini yakin, jika anak-anak Surabaya dibina dengan baik, serta didukung dengan ruang atau wadah untuk mereka berekspresi, maka tidak memungkinkan jika nantinya muncul seniman besar yang lahir dari Kota Surabaya. Karena itu, Pemkot Surabaya akan menggandeng para seniman untuk menampilkan pertunjukkan di kompleks Alun-alun Surabaya itu. Masyarakat yang berkunjung ke Surabaya, dapat menikmati berbagai kesenian rakyat itu secara gratis, seperti ludruk, wayang orang, srimulat hingga tari reog. “Nanti pemkot yang bayar, senimannya tinggal bermain dan kemudian yang nonton sudah gratis di sini,” ungkap dia. (udi/tyo)
Sumber: