Cinta Suci yang Menembus Tabir Dunia Jin dan Dunia Manusia (4)

Cinta Suci yang Menembus Tabir Dunia Jin dan Dunia Manusia (4)

Dijodohkan dengan Anak Penguasa, Pangeran Sabrang Kali

Yang juga tidak terduga, Laila ternyata jin dari golongan priyayi. Orang tuanya menjabat kepala daerah semacam gubernuran. Dia tinggal di sebuah istana nan megah. Andik bergeming. Meski diberi tahu bahwa Laila tidak bakal diizinkan orang tunya menikah dengan jin atau manusia manusia sembarangan, Andik bersumpah tetap akan mengejar Laila dan mengajaknya duduk di pelaminan. “Apa pun akan kulakukan untuk mendapatkannya,” tekad Andik. “Tapi tugas kita mendesak, Ndik.” “Aku tidak akan melakukan apa pun sebelum menikah dengan Laila,” kata Andik, yang menegaskan bahwa setelah berhasil menyanding Laila, tugas seberat apa pun akan dia lakukan. “Tapi Laila belum tentu menyambut cintamu.” “Aku yakin cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku melihat cinta itu memancar dari matanya, Pakde. Percayalah.” Pakde Limin yang di dunia jin bertempat tinggal di lereng perbukitan dan danau, sementara berjuang sendirian bersama beberapa anggota forum wali bangsa jin. Sementara itu, Andik juga memperjuangkan cintanya kepada Laila. Menurut Andik, ternyata tidak mudah menemui Laila. Tempat tinggalnya dijaga tiga lapis barisan pengamanan. Tidak hanya prajurit dari golongan jin, namun juga hewan semacam anjing. Tapi yang ini bersayap dan giginya panjang dan selalu berair. Ilmu melipat bumi, raga sukma, dan kidang kencana yang Andik pelajari dari Pakde Limin tidak sanggup menembus benteng pertahanan rumah keluarga Laila. Andik terpental saat nekat mencoba menerobos. Setelah menunggu beberapa pekan, Andik akhirnya berhasil bertatap mata vs Laila. Saat itu gadis—yang menurut Andik—berkulit bak pualam ini berjemur di taman. Tampaknya usai mandi. Kesempatan ini tidak disia-siakan. Dari jarak sekitar 20 meteran, Andik mengirim mencoba mengajak dialog. Dengan bahasa isyarat, intinya mengajak ketemuan di tempat dan jam tertentu. Gayung bersambut. Laila memberikan jawaban dengan bahasa isyarat pula bahwa dia menerima ajakan Andik. Pada waktu dan tempat yang disepakati, mereka pun bertemu. Di sebuah taman kota. Andik benar-benar mengagumi Laila, Selain wajah yang syantik, Laila memiliki tubuh yang indah. Sebelas duabelas dengan Olla Ramlan. Tutur katanya halus, seperti gaya bicara orang-orang keraton di tanah Jawa. Dari sorot mata Laila, Andik merasakan gadis tersebut menyimpan kerinduan yang sama dengannya. Ternyata dugaan Pakde Limin benar. Laila mengaku meski sangat menyayangi Andik, dia tidak akan bisa mewujudkan kasih sayangnya dengan menyandingi Andik di pelaminan. “Kenapa?” tanya Andik waktu itu. “Aku tidak boleh menikah dengan bangsa di luar bangsaku,” tutur Laila. “Berarti rasa sayangmu palsu.” “Tidak. Aku sudah dijodohkan dengan seorang pangeran. Anak penguasa negeri tetangga.” (bersambung)   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih

Sumber: