Pilbup Sidoarjo, Kata Pengamat PDIP dan Gerindra Jangan Tunggu Bola Muntah PKB

Pilbup Sidoarjo, Kata Pengamat PDIP dan Gerindra Jangan Tunggu Bola Muntah PKB

Sidoarjo, Memorandum - Perburuan yang dilakukan calon bupati dari PDI Perjuangan dan Partai Gerindra untuk mendapatkan pasangan dari unsur PKB maupun pengurus NU dianggap tak akan menghasilkan suara yang signifikan dalam Pilkada Sidoarjo. “Sia-sia saja karena unsur kerugiannya jauh lebih besar ketimbang unsur manfaat yang bisa diambil dari keberadaan orang-orang PKB maupun NU struktural jika akan dijadikan calon bupati oleh cabup dari PDIP maupun Gerindra,” jelas pengamat politik asal Sidoarjo, Nanang Haromain. Ia yang dihubungi melalui teleponnya, Rabu (26/8) mengatakan memang ada nilai manfaat yang bisa saja diambil jika menggandeng orang-orang hijau tersebut. Diantaranya PKB dan NU memang punya basis massa yang cukup kuat hampir di seluruh wilayah Kabupaten Sidoarjo. Hanya saja bukan persoalan mudah untuk mencuri suara mereka. “Nilai-nilai kultural orang-orang NU dan PKB disini masih sangat kuat. Sehingga orang-orang yang nekad lompat pagar, dalam konteks Pilkada, justru dianggap pengkhianat yang tidak layak didukung,” katanya. Mantan komisioner KPU Sidoarjo itu mengatakan memang masih ada orang-orang NU maupun simpatisan PKB yang bisa diseret kesana-kemari, namun jumlah mereka tidak terlalu banyak. Artinya kontribusi yang bisa ditangguk dari sisi itu tidak akan signifikan untuk memenangkan paslon tersebut. Apalagi jika kemudian PDI Perjuangan dan Gerindra getol memburu orang-orang strtuktural PKB yang masih memegang jabatan politik seperti anggota DPRD. “Pertimbangan mereka akan jauh lebih njlimet karena pertaruhan mereka juga sangat besar. Belum pasti meraih posisi yang dicari sementara kursi yang diduduki sudah pasti lepas,” imbuh Nanang. Belum lagi dengan biaya politik yang harus mereka siapkan dan keluarga untuk meraih posisi wakil bupati yang masih harus diperjuangkan dengan keras. Nanang menambahkan, pengalaman yang dirasakan Kholik pada Pilkada 2010 lalu setidaknya bisa dijadikan pelajaran. Menurut Nanang akan jauh lebih baik jika PDI Perjuangan maupun Gerindra lebih percaya diri dengan menggandeng orang-orang nasionalis murni dan melakukan perang terbuka dengan PKB yang kondisinya saat ini diperkirakan tidak akan sesolid Pilkada-Pilkada sebelumnya. “Sekarang ini ada dua kutub di PKB yang sama–sama kuat namun tak bisa dipersatukan. Karena hanya ada satu pasangan yang diberangkatkan maka pasti akan ada pihak yang terkorbankan. Barisan sakit hati inilah yang sebenarnya bisa dicuri suaranya tanpa perlu melibatkan jagonya sebagai calon wakil bupati,” tambahnya. Pertimbangan Nanang, kemungkinan itu pasti sudah diantisipasi DPP PKB. Sehingga sangat memungkinkan mereka akan mengeluarkan rekomnya di masa injury time untuk mencegah munculnya orang-orang pelarian. “Dan kalau PDI Perjuangan maupun Gerindra ngotot menunggu bola muntah tersebut berarti keduanya sudah masuk dalam irama permainan PKB yang bisa lebih leluasa melempar bola kesana-kemari. Dan itu berarti mereka sudah satu langkah di belakang PKB,” pungkas Nanang Haromain.(lud/jok)

Sumber: