Rocky Gerung vs Adian Napitupulu
Indonesia beruntung punya keduanya. Sparring yang imbang. Meski bagi cebongers, Rocky Gerung mungkin manusia paling menyebalkan sejagad dan Adian Napitupulu superhero. Sebaliknya, bagi kampreters, Adian adalah orang yang super menyebalkan sedunia dan Rocky The Hero. Jika kita netral, tidak diehard 01-02, bisa menjadi tontonan yang menghibur. Syaratnya ya itu tadi: jangan taking side (berpihak). Enak ditonton. Tak terbawa emosi. Terkagum kepada keberanian dan adu-adu argumennya. Meski latar belakang saya wartawan yang dituntut kritis, saya merasa tidak akan bisa mencapai level keduanya: keberanian dan kelincahan bersilat lidahnya. Saya tidak mungkin akan mengatakan atau menulis Presiden Jokowi ngibul dan asbun seperti yang dikatakan si Rocky. Masih ingat ketika dia menyampaikan ini? "Buku Bab 1 Jokowi adalah Mobil SMK yang ngibul. Dan buku bab terakhir dari Jokowi adalah perpindahan ibu kota yang asbun." Saya risih mendengarnya. Karni Ilyas, Presiden ILC, yang jadi tuan rumah (host) juga. "Ganti diksinya jangan ngibul misalnya diganti gagal," kata Karni. Maukah Rocky? Anda bisa menebak: tidak. Karena itulah Anda sebal, karena itulah Anda terpuaskan. Dan, karena itulah dia diundang. Apa katanya? "Beda. Lebih cocok menggunakan ngibul." Sedangkan Adian begitu jeli melihat setiap narasi yang dipakai lawannya. Ketika menemukan "lubangnya", di situlah dia menyerang, tak peduli keluar dari konteks atau substansi. Serang sampai tidak berkutik. "Coba tunjukkan pada saya, mana kata-kata saya yang menghalangi profesi dokter untuk mengungkap kebenaran. Saya hanya menghalangi orang yang berbicara melenceng dari tugasnya sebagai dokter," katanya. Ketika Rocky berkomentar dan menurut Adian tak menukik ke jawaban, langsung diserang lagi dengan suara meninggi: "Tunjukkan dulu, kata-kata saya yang mana yang menghalangi. Tunjukkan dulu yang mana, yang mana!" Rocky bicara lagi, diserang lagi. Presiden ILC sampai mengatakan," kalau Anda begitu terus, segmen ini saya hentikan lho ya." Bagaimana menurut Anda sebagai pemirsa? Cenderung akan mendapati situasi begini: jika giliran Rocky yang bicara, seolah dia yang benar. Namun, jika Adian yang berargumentasi, kita cenderung membenarkan pendapatnya. Itulah argumen yang didukung "supporting ideas" yang seolah sangat kuat, masuk akal, sehingga logika kita, menyetujuinya atau setidaknya berbisik: ya ya make sense. Masuk akal. Di situlah saya (dan banyak pemirsa) kagum sekaligus terkena "entertainment trap" (jebakan hiburan) industri televisi. Adian dan Rocky adalah bunga ILC, dalam pewayangan "goro-goro"-nya. Magnit keduanya bisa menghilangkan esensi nasehat para "pendhito". Kita melupakan substansi pesan pakar yang hadir, justru menunggu goro-goronya. Nunggu si Rocky dan Adian ber-"goro-goro" sendiri. Perang. Adian dan Rocky harus hadir agar ILC terjaga rating tingginya. Karena, bukan tokoh yang mendongkraknya. Keduanya. Sejengkel apa pun kita, atau sesulit apa pun Karni memoderatorinya, keduanya tetap menjadi eye catcher-nya. Tokoh sentralnya. Magnitnya. Prominent figure-nya. Lalu? Kita yang mengatur diri kita. Namanya saja jebakan entertainment industri televisi, maka jangan terjebak. Tonton seperlunya, tak perlu bawa emosi, jika sudah pukul 9 malam, tinggal tidur saja. Kita adalah host terhadap diri kita. Sedangkan Bang Karni adalah host ILC. Punya tugas masing-masing.Jangan tertukar. Jangan larut. Saya sendiri jika terlalu lama menyaksikannya, khawatir terkena Al Mu'minun ayat ketiga: walladzina hum 'anil lagwi mu'ridun. Dan, orang yang (beruntung) adalah orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. Salam! Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)
Sumber: