Cara Rich Dad Didik Rich Son (2)

Cara Rich Dad Didik Rich Son (2)

Masih melanjutkan kisah Crazy Rich Surabaya, Hermanto Tanoko (HT) yang diundang Dahlan Iskan dalam talkshow launching Harian Disway, Sabtu 4 Juli lalu. Setelah bertahun-tahun bantu jualan cat di toko papanya di Malang, bos Tan Corp yang memiliki 77 perusahaan ini, diajak papanya ke depan rumahnya. "Apotek ini dijual, ditawarkan ke papa. Bagaimana pendapatmu? tanya papa kepada HT. "Saya spontan, beli saja Pa," katanya tegas. "Siapa yang jaga?" kata HT menirukan papanya. "Saya Pa," jawabnya. "Ternyata langsung dibeli sama papa," kata HT mengisahkan pengalamannya mengelola apotek. Bagaimana HT yang ketika itu baru 16 tahun mengurusnya? "Wah, ternyata parah. Satu hari dari pagi sampai malam, hanya laku satu resep. Itu pun ada yang tidak ada, ada juga yang tersedia, tapi ternyata expired," kisahnya. HT langsung putar otak. Dia datangi semua apotek di Malang yang paling laris. Dia pelajari, berapa lama mereka bisa menyiapkan obatnya sejak resep masuk. "Saya catat, karena saya punya prinsip harus bisa lebih cepat. Saya bandingkan harganya," katanya. Selain mendatangi apotek terlaris, dia juga temui pemasok obat bagaimana caranya bisa dapat harga murah. "Ternyata kalau beli cash saya dapat harga 30 persen lebih murah. Saya bilang Papa, saya pinjam uang. Ditanya untuk apa? Saya bilang untuk beli obat cash supaya dapat harga termurah. Dikasih sama papa," katanya. Kiat lainnya? "Selain harga murah dan pelayanan cepat. Saya punya dua jurus lagi. Semua obat OTC (yang tidak beresep), saya jual lebih murah dari toko obat. Kedua, saya beli motor bekas, untuk kirim obat kepada pembeli. Jadi, saya bilang begini. Kalau tidak mau nunggu, pulang saja, nanti obatnya diantar. Mereka tanya ongkosnya berapa? Saya bilang gratis. Tidak nunggu berbulan-bulan, apotek saya laris," katanya. "Papa senang, saya dapat gaji. Karena itu, ketika saya ketahuan mengerjakan PR, saat jaga, papa marah. Papa bilang kamu lagi apa? Saya bilang bikin PR Pa. Papa tanya lagi, kamu di sini untuk apa? Kerja Pa. Saya langsung singkirkan buku. Papa bilang, kamu harus hapal, semua obat yang ada di sini dan kapan expirednya," kata HT menirukan papanya. "Karena itu, saya langsung berusaha menghapalkan nama dan kapan tanggal kadaluwarsanya," kata HT. Untuk apa gajinya? "Saya bangga karena bisa beli motor, kamera, walkman pakai uang sendiri," katanya. Lagi, seneng-senengnya membesarkan apotek, Papanya memanggilnya. "Besok ikut Papa ke Sidoarjo. Papa ditawari pabrik cat," kata papanya ditirukan HT. "Kok papa yang ditawari," kata HT. "Katanya, papa bisa jualan," katanya menirukan papanya. Begitu sampai di Sidoarjo, HT mengaku kaget, ternyata pabriknya di tengah sawah. Belum ada pagar-pagarnya, Drum-drum cat berserakan di mana-mana. Karyawannya 18 orang. Tak ada labnya, tak ada R and D-nya. Kelasnya, masih home industry. Sebulan omzetnya hanya Rp 75 juta. "Saya tanya Papa. Apa cita-cita papa dengan pabrik ini. Jawaban Papa, sungguh mengagetkan. Katanya dengan tegas tanpa ragu-ragu: Saya ingin menjadikan pabrik ini menjadi pabrik cat nomer satu di Indonesia," katanya. "Saya seneng mendengarnya. Ikut terkena magnit antusiasme Papa. Langsung saya bilang, kalau mau besar harus ada labnya Pa. Papa setuju. Kini divisi lab dan R&D berada di ruangan tersendiri yang luasnya 5 ribu meter persegi," katanya. Yang luar biasa dari papanya, cerita HT, setiap ke Sidoarjo selalu naik bus umum dan bawa makanan untuk makan pagi, siang, dan malam. Berangkat sehabis Subuh, pulang malam. "Saya tanya mengapa tidak pakai mobil Pa. Selama pabriknya masih rugi, tak boleh pakai mobil. Itulah yang membuat pabrik cat papa, cepat sekali melejitnya," kata HT menirukan papanya. Soal kebiasaan hidup hemat ini, masih dibawa meski keluarganya sudah kaya raya. "Ketika liburan ke luar negeri, papa mama saya belikan tiket first class, yang satu ruangan berdua saja. Saya dimarahi karena katanya gak enak, ga bisa lihat-lihat. Lain kali yang biasa saja. Toh, datangnya juga bersamaan," kata HT menirukan papanya. Selain cat Avian yang Nopember nanti berulang tahun ke 42, subholding Tanbiz juga membawahi brand Dr Shield, Avitex, NoDrop, Protec dan lainnya. Raksasa Tan Corp telah memiliki 8 subholding, 77 perusahaan, 300 brand, dan 15 ribu karyawan. Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)

Sumber: