Pelajar Mampu Membuat Perubahan
SURABAYA - Tiga piagam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) diraih Polda Jatim dalam acara Millennial Road Safety Festival (MRSF) 2019 di Jembatan Suramadu, Minggu (17/3). Bahkan, sekitar 850 ribu masyarakat membanjiri di perhelatan tersebut. Tiga rekor tersebut yakni pembentangan bendera Merah Putih sepanjang 5.400 meter di Jembatan Suramadu, yang dipegang oleh ribuan perwakilan pelajar se-Jatim. Rekor kedua yakni penampilan 500 penari Gandrung, tarian khas Banyuwangi, serta rekor ketiga adalah seribu perahu nelayan untuk panggung goyang dayung. “Kegiatan ini dipersembahkan untuk masyarakat Jawa Timur dan tidak ada hubungannya dengan politik,” ujar Kapolda Jatim Irjenpol Luki Hermawan. Sedangkan acara MRSF dipilih di Jembatan Suramadu, dijelaskan kapolda karena lokasinya merupakan ikon Jatim yang menghubungkan Pulau Jawa dan Madura. Sehingga jembatan tersebut menjadi saksi untuk kepentingan road safety benar-benar tertanam kepada generasi millennial. “Makanya di Jembatan Suramadu menjadi saksi untuk kita bertekad bersama menjaga keamanan ketertiban di jalan raya,” lanjut kapolda didamping Kabid Humas Polda Jatim Kombespol Frans Barung Mangera. Kapolda menambahkan, bahwa kegiatan ini melihat bahwa generasi muda memiliki peranan penting dalam rangka ke depannya atau di era 2019. Bagaimana Merah Putih terbentang di Jembatan Suramadu yang menghubungkan dua pulau. “Pemecahan rekor dan penghargaan MURI ini membuktikan jika pelajar Jatim mampu bersinergi untuk membuat sebuah perubahan,” pungkas Luki. Sementara itu, padatnya masyarakat yang mengikuti MRSF dan teriknya matahari, membuat puluhan masyarakat tumbang dan harus dilarikan ke rumah sakit. Serta beberapa kejadian seperti tawuran, kecopetan, dan pria diduga copet yang diamankan anggota Brimob. Sejak start di Jembatan Suramadu sisi Surabaya tidak sedikit masyarakat yang tidak membawa bekal minum, ketika berjalan menuju sisi Madura. Karena mereka menganggap bila akan ada penjual minuman di sepanjang jembatan. Namun, hingga tiba di bentang tengah, mereka tidak menjumpai penjual minuman. Bahkan, ada petugas yang berjaga di bentang tengah untuk membatasi masyarakat yang akan lewat ketika melihat bentang tengah dipadati orang. “Harap berhenti dulu, tunggu sampai rombongan depan melewati bentang tengah,” teriak seorang petugas yang berdiri di pagar pembatas jalur. Setelah melewati bentang tengah, banyak masyarakat yang terpaksa istirahat karena kelelahan dan kehausan. Tapi, mereka harus terus melanjutkan perjalanan hingga ke sisi Madura yang mulai banyak terlihat penjual. Ketika acara di sisi Madura, saat itu juga tim medis yang berada di sisi kiri belakang panggung yang tidak istirahat memberikan pertolongan ke masyarakat yang pingsan. Bahkan, puluhan orang harus dibawa ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan medis lebih lanjut. Bukan hanya itu, di lokasi juga terdapat korban yang kehilangan HP, seperti dua pelajar dari Jombang dan Kediri. Bersamaan, petugas Brimob ikut mengamankan pria yang diduga copet. Tapi pria tersebut mengaku bila itu salah paham saja, tapi petugas tidak percaya begitu saja. “Sudah kami tangani,” ujar petugas di tenda. Sedangkan tawuran terjadi saat para penonton berjoget di depan panggung. Tiba-tiba dua kelompak masyarakat saling pukul, hingga membuat penonton lainnya semburat karena takut menjadi salah sasaran. Sesaat saja kejadian itu mampu diredam dan acara bisa dilanjutkan kembali hingga usai. (tyo/nov)
Sumber: