Kenapa Tuhan Ciptakan Seorang Ade Armando?
Saya pernah ketemu Ade. Satu kali saja. Sama-sama diundang Universitas Wollongong Australia presentasi local uniqueness in broadcasting industry. Ade representasi kampus (Anda tahu dia dosen UI paling kontroversial) dan anggota KPI (komisi Penyiaran Indonesia). Ada juga Pak Ishadi SK, mantan dedengkot TVRI yang lama jadi orang penting di TransTV. Saya mewakili TV lokal. Saya, saat itu, masih memimpin JTV. Dua hari ketemu, saya punya kesan bahwa dia memang sangat kritis meski ketika itu masih belum terlalu hobi mengeluarkan isu-isu kontroversi. Kini, Ade bikin berita lagi. Kali ini, dilaporkan oleh Masyarakat Adat Minang yang tersinggung dengan unggahan di akun Facebooknya. Dia mengomentari berita daring berjudul: "Gubernur Sumbar Surati Menkominfo, Minta Aplikasi Injil Bahasa Minang Dihapus." Begini bunyi komentar Ade yang mengundang kegaduhan itu: "Lho ini maksudnya apa? memang orang Minang nggak boleh beragama Kristen? Kok Sumatera Barat jadi provinsi terbelakang seperti ini sih? Dulu kayaknya banyak orang pinter dari Sumatera Barat. Kok Sekarang jadi lebih kadrun dari kadrun?" tulisnya. Bakor KAN panas. "Kadrun itu kan Kadal Gurun. Ini adalah tuduhan bahwa Agama Islam adalah Agama Orang Arab," tulis penggalan poin 5 pernyataan Bakor KAN. "Itu adalah idiom bikinan PKI sebagai olok-olok bahwa Islam itu agama Arab," lanjutnya. Apa kata Ade? "Kadrun itu bukan merujuk ke PKI. Tapi, untuk menjelaskan orang-orang yang berpikiran sempit, terutama yang yang dipengaruhi oleh gerakan ekstremisme dari Timur Tengah, makanya Kadal Gurun, Kadrun," katanya kepada Detiknews. Rabu kemarin. Tak hanya kali ini saja Ade bikin kontroversi. Inilah, menurut Merdeka.com, beberapa yang bikin heboh dan berujung Ade dilaporkan ke polisi dan bahkan ditantang gelut: 1. Mengunggah Anies Baswedan berwajah Joker 2. Allah bukan Orang Arab 3. Tuhan Umat Islam tidak haramkan LGBT 4. Orang pintar pilih Ahok, orang bodoh pilih Anies 5. Azan tak suci. Tempo.co menambahi satu lagi: usulan guru besar Ade ditolak oleh Dewan Guru Besar UI karena integritas dan tata krama. Terakhir lagi: Ade dikeluarkan dari orang Minang. Bagaimana menyikapi? Karena Ade dosen komunikasi, maka dia tahu persis bahwa kontroversi adalah salah satu "rukun jurnalistik" yang penting untuk membuat berita yang "eye catching", maka dia akan begini terus untuk menarik mata pembaca. Karena itu, jika tidak ingin memberikan "panggung", abaikan saja semua komentar di medsosnya. Sekali kita mengomentari atau membawanya ke polisi, beritanya akan bergulir lagi seperti kali ini. Ade menikmati, kita sibuk menanggapi. Kita harus terbiasa untuk tidak tergoda dengan umpan-umpan begini. Terganggu tapi juga menguras enerji. Padahal, kontroversi sudah ada sejak zaman nabi. Sudah waktunya kita tinggalkan isu-isu yang tidak terlalu substansi seperti qunut, hari lebaran berdasar hilal atau hisab, jilbab atau kerudung, cingkrang atau tidak, berjenggot atau halus, Imam Hanafi atau Syafi'i dan masih banyak lagi. Sekali lagi kita jangan terjebak di sini. Ada PR besar dari Syech Syakib Arsalan yang belum terjawab hingga kini: Mengapa orang Islam mundur, dan non Islam maju (limadza taakharal muslimun, walimadza taqoddama ghoiruhum?) yang sudah dipertanyakan sejak 1930an lalu, tapi belum terjawab hingga kini. Lalu, mengapa Tuhan menciptakan Ade Armando? Untuk "pewarna" dunia seperti sahabat Nuaiman yang kerap membuat nabi tertawa atau Ka'b bin Malik yang membuat nabi jengkel. Ka'b dikucilkan 50 hari, Ade "dihukum" dewan guru besarnya. Kita tak perlu menambahinya. Kita fokus yang substansi saja. Agar kita segera jaya.(*) *Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia.
Sumber: