Demi Kaum Papa, Kapolres Bangkalan Panggul Beras ke Dusun Terpencil
Bangkalan, Memorandum.co.id - Ketika terbetik kabar ada sejumlah kaum papa terdampak ekonomi pandemi covid 19 tak terjangkau bantuan sembako, pintu hati nurani Kapolres Bangkalan AKBP Rama Samtama Putra jadi terketuk. Naluri kemanusiaannya bangkit. Terlebih para kaum duafa itu rata-rata berusia senja. Bahkan ada yang hidup sebatangkara. Tempat domisili mereka-pun berserak dan terpencar di kawasan hutan rakyat. Di atas ketinggian bukit terpencil Dusun Blungkeng, Desa Banyeor, Kecamatan Sepulu. Namun demi kaum papa, juga rasa kemanusiaan, kendala alam medan dan medan yang sulit, tampaknya bukan pantangan bagi Rama, begitu Kapolres Bangkalan kaprah disapa. Dia bersikukuh ingin sowan ke lokasi. Memberikan sumbagsih sembako. Faktanya, bersama beberapa personal Polres dan Polsek Sepulu, pamen Polri kelahiran Sidoarjo itu, Kamis (21/5) kemarin, jadi juga meluncur menuju lokasi. Ada empat wanita lanjut usia (lansia) sebatangkara menjadi target sasaran kunjungan Kapolres. Mereka adalah Nenek Tuma (90) di Dusun Karang dan Nenek Tiwemah (70) di Dusun Senangguh, Desa Maneron,Kecamatan Sepulu. Dua wanita lansia sebatangkara lainnya, adalah Nenek Martenni (60) dan Nenek Turani (70), warga di Dusun Blungkeng, Desa Benyeor. Juga di Kecamatan Sepulu. ” Bapak Kapolres tidak sampai hati mendengar keempat nenek lansia yang hidup sebatankara itu tak terjangkau oleh bantuan sembako,” kata Kasubag Humas Polres AKP M Barudi,SH. Ternyata, medan alam yang sulit memang menjadi kendala rombongan Kapolres AKBP rama Samtama Putra. Terutama ketika menuju rumah Nenek Martenni dan Turani di Dusun Blungkeng, Desa Banyeor. Lokasinya berada di ketinggian bukit cukup terjal, berbatu dan dikitari hamparan hutan rakyat lumayan lebat. Tak pelak lagi, mobil dinas Kapolres dan mobil Patroli Polres dan Polsek Sepulu yang mengangkut beberapa karung beras, mie instant dan ragam jenis sembako lainnya, tak bisa menapaki medan sulit itu. Ujung-ujungnya, falsafah klasik “ ollopis kuntul baris “ alias harus berjibaku napak tilas menuju rumah dua nenek sebatangkara itu mesti dilakukan. Di sini, bak kuli panggul, Kapolres-pun ketiban jatah harus memanggul sekarung beras kemasan 25 kg. Kadang ada di pudak bahu kanan, kadang beralih ke pundak bahu kiri. “Yaahh...cukup beratlah. Apalagi jalannya menanjak, berbatu dan berliku. Jauhnya juga ratusan meter,” ungkap Bahrudi. Alih profesi jadi “ kuli panggul “ serupa, meski sejenak, juga dilakukan oleh semua personal Polres dan Polsek Sepulu dalam rombongan Kapolres. Pokoknya, jurus “ berat ayo dipukul dan ringan mari kita jinjing bersama “ benar-benar teraktualisasikan hari itu. Demi kaum papa Nenek Martenni dan Turani. Suasana tak kalah haru terjadi ketima rombongan Rama cs sampai ke rumah Nenek Martenni dan Turani. Dua wanita lansia ini sepetri ketakukan melihat rombongan pria berseragam sowan ke rumah mereka. Namun, setelah maksud dan tujuan kedatangan Kapolres dan rombongan dijelaskan dalam Bahasa Madura, dua nenek yang sudah lama hidup sebatangkara di rumah berdinding papan lusuh, itu baru mengerti. ” Saya lihat mata nenek itu berkaca-kaca. Mungkin tak kuat merasa haru, kok ujuk-ujuk ada bapak pakek seragam (Kapolres-Red) tiba-tiba menyodorkan satu karung beras, satu dus mie instant dan beberapa jenis sembako lainnya” tandas M Marudi. Terakhir, M Barudi menambahkan, sumbangan sembago dari Polres hari itu tidak hanya disalurkan kepada empat nenek di Desa Maneron dan Desa Banyeor itu saja. Tetapi juga kjepada puluhan keluarga miskin (gakin) terdampak ekonomi pademi covid 19 lainnya di Kecamatan Sepulu. (ras).
Sumber: