ARTJOG 2025, Arak-Arak di Surabaya Mengajak Dialog Seni dan Sejarah
Karya seni yang dipamerkan di event ARTJOG 2025 di lantai 3 Pasar Tunjungan. -Oskario Udayana-
SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Aroma nostalgia dan semangat seni kontemporer berpadu di lantai 3 Pasar Tunjungan, Surabaya. Dari tanggal 19 April hingga 3 Mei 2025, "Arak-arak," sebuah pre-event ARTJOG 2025, menghiasi ruang seluas 1.700 meter persegi yang dulunya pusat perbelanjaan.
Acara ini menjadi pembuka bagi festival seni utama ARTJOG 2025 di Yogyakarta, yang akan berlangsung dari 20 Juni hingga 31 Agustus.

--
Surabaya dipilih sebagai kota kedua setelah Jakarta untuk penyelenggaraan pre-event ini. Gading Paski, Program Manager ARTJOG, mengatakan sambutan hangat dari komunitas seni Surabaya menjadi kunci keberhasilan acara ini. ARTJOG, yang tahun ini memasuki tahun ke-18, tidak hanya menampilkan pameran seni, tetapi juga menjadi wadah pertukaran ide dan wacana.
BACA JUGA:Museum Lumajang Bawa Pesan Pelestarian Budaya di Pameran East Java Spirit of Museum
"Arak-arak" diharapkan menjadi jembatan penghubung antara publik dengan ARTJOG 2025. Heri Pemad, CEO ARTJOG, menceritakan awal mula ARTJOG yang lahir dari semangat kolektif dan kemandirian, tanpa bergantung pada dukungan pemerintah. "Kesenian ini lahir dari kebutuhan, bukan program," tegasnya. Semangat "mandiri budaya" menjadi landasan ARTJOG dalam mempertanggungjawabkan karya seni kepada masyarakat.
BACA JUGA:Pemkot Surabaya Beri Ruang Seniman Berkembang, Gelar Pameran Video Mapping
Kurator Surabaya, Ayos Purwoaji, dan seniman Yogyakarta, Jompet Kuswidananto, turut berpartisipasi dalam "Arak-arak." Jompet, dalam karyanya, mengarahkan perhatian pada sejarah rakyat kecil yang sering terlupakan, membangun mosaik sejarah alternatif di luar narasi resmi.
"Apa yang tidak tercatat, bukan berarti tidak penting," ujarnya.
BACA JUGA:Pameran Health Care Gakeslab Expo 2024 Jadi Sarana Kemajuan Alkes Terbaru
Tema "Arak-arak" merupakan pintu masuk menuju tema besar ARTJOG 2025. Ignatia Nilu, anggota tim kurator, menjelaskan bahwa tema tersebut menjadi panduan dalam memilih seniman, merancang program bulanan, dan menentukan bentuk pertunjukan di Yogyakarta nanti.
"Arak-arak" bukan hanya pameran pengantar, tetapi juga strategi untuk menjangkau lebih banyak khalayak dengan bahasa yang lebih mudah dipahami. Heri Pemad menambahkan, Surabaya dipilih karena antusiasme masyarakatnya terhadap ARTJOG.
Sumber:

