Punya Kamar Misterius, Tak Boleh Dimasuki Siapa pun
Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Toni (32, samaran) menelepon. Dia berharap Memorandum menuliskan kisahnya. Tujuannya hanya satu: menyadarkan ayah mertua dari jalan kesesatan. Lantas, apa sih yang dilakukan sang ayah? Toni bekerja di dunia pendidikan. Guru. Mertuanya, sebut saja Prayitno (55), berwiraswasta. Dia memiliki perusahaan pengerah tenaga kerja yang mengirimkan tenaga kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. “Penampilan Ayah selalu dendy,” terang Toni. Karena mengelola perusahaan yang memiliki cabang di kota-kota besar di Jatim, Prayit jarang berada di rumah. Di rumah hanya ada Toni dan istri beserta mertua perempuan. “Kami (bersama istri, red) tinggal di rumah mertua sejak Ibu sakit. Beliau terkena stroke dan harus menjalani sisa usia di atas kursi roda,” ujar Toni, yang sebelumnya tinggal terpisah di Sidoarjo. Rumah mertuanya di kawasan Tegalsari. Diakui Toni, mertuanya tegolong kaya. Selain rumah yang mereka tinggali, masih ada rumah-rumah lain. Lebih dari lima. Rata-rata dibangun dengan banyak kamar dan dikontrakkan. Di setiap kota yang ada kantor cabang perusahaannya pasti juga ada rumahnya. Sama seperti yang di Surabaya, rumah-rumah itu dibangun dengan banyak kamar dan dikontrakkan. Mobilnya tiga. Ada yang khusus untuk masuk desa, khusus untuk keluarga, dan khusus untuk Prayitno. Yang ini tidak boleh dipegang siapa pun. Siapa pun. “Aku pernah mencoba bertanya, tapi Ayah tidak menjawab. Hanya tersenyum. Tapi senyumnya masam banget,” tutur Toni. Menurut Toni, ayah mertuanya pendiam. Tidak banyak berkata. Kalau di rumah selalu mengurung diri di kamar yang diklaim sebagai kamar kerjanya. Sama dengan terhadap mobil pribadinya, siapa pun dilarang keras masuk kamar itu. “Istriku pernah memaksa masuk karena pengen membersihkannya. Bayangkan, sudah sekian lama tidak pernah dibuka blak dan selalu tertutup. Betapa pengapnya,” imbuh Toni. Tapi, apa yang terjadi? Istri Toni, sebut saja Nunung, dimarahi habis-habisan. Bahkan diancam: kalau tidak mau menuruti aturannya di rumah, mending pulang ke Sidoarjo dan membiarkan ibunya dirawat suster. Nunung ngeper. Dia lantas menyibukkan diri dengan mengerjakan hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan kamar tersebut. Walau begitu, Nunung tidak bisa menyembunyikan kepenasarannya. Dia selalu menjadikannya bahan diskusi vs Toni. “Aku sempat berpikir begini: masak mertua menjalani ritual seperti orang-orang yang ada di acaranya Roy Kiyoshi? Apa namanya? Menembus Mata Bathin?” kata Toni dengan nada tanya. Untuk membuktikan dugaannya, Toni pernah berusaha masuk kamar misterius mertuanya melalui plafon. Hal itu dia lakukan ketika Prayitno sedang mengecek kantor cabang perusahaan yang di Madiun. Nahas. Ketika Toni baru turun dari plafon, dalam suasana gelap dia mendengar ada langkah kaki mendekat. Bersamaan dengan itu, dia mendengar suara istrinya dengan lantang menyambut kedatangan ayahnya. “Lho, katanya Ayah ke Madiun? Kok kembali? Ada yang tertinggal ya?” suara itu sepertinya sengaja dikeras-keraskan. Sebagai kode untuk suaminya. Toni tanggap. Dia bergegas kembali ke plafon dan sempat nyaut sesuatu di atas meja. Semacam buku. Album. Dibawanya serta album tadi. Pas Toni sampai atas, Prayitno masuk. (bersambung)
Sumber: