Catatan Eko Yudiono: Ada Apa dengan Persebaya? Quatrick Kalah, seperti Kehilangan Jiwa

Eko Yudiono, Wartawan Memorandum.--
SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID-Saya hampir tidak percaya ketika melihat hasil akhir pertandingan tuan rumah Barito Putera dengan Persebaya, Sabtu, 25 Januari 2025. Kalah telak 0-3 dari Barito adalah kekalahan keempat atau kalau dalam istilah pencetak gol di sepakbola adalah quatrick.
Setiap Sabtu, saya memang punya kewajiban mengantar saudara yang cuci darah di sebuah rumah sakit di Gresik. Saya sempat melihat babak pertama di lobi rumah sakit.
Hasilnya Bajol Ijo-julukan Persebaya ketinggalan 0-1. Gol Mati Mier membuat Ernando Ari yang baru memperpanjang kontrak tak berdaya. Barisan belakang seolah bingungn melihat pergerakan mantan pemain Bhayangkara FC yang bermain di Liga 2 itu.
BACA JUGA:Hasil Liga 1: Barito Putera Bantai Persebaya Surabaya 3-0
BACA JUGA:Persebaya Resmi Perpanjang Kontrak Ernando Ari, Fondasi Bajol Ijo Kian Kuat
Sekitar pukul 19.30, cuci darah sauadara saya selesai. Kami meluncur pulang ke Menganti. Namun betapa kagetnya ketika mengetahui skor akhir di TV swasta nasional. Persebaya kalah telak 0-3. Ibarat tinju, Green Force kalah knouck out (KO).
Lebih menyedihkan lagi, semua gol diborong Mati Mier yang ‘dibuang’ Bhayangkara FC di Liga 2 tapi bermain edan di Liga 1. Usai Persebaya kalah telak di kandang Barito, saya membuka beberapa grup WhatApp, isinya caci-maki semua.
Begitu juga dengan grup WhatApp wartawan peliput Persebaya. Sama. Cacian dan makian. Saya kemudian berfikir, ada apa dengan Persebaya? Kalah beruntun 4 kali adalah hal yang tidak biasa. Apalagi kalahnya dengan tim-tim papan bawah.
Hingga akhirnya Instagram resmi klub mengeluarkan postingan dari CEO Persebaya Azrul Ananda.
Bunyinya "Kami sudah tidak lagi kecewa. Kami sudah pada level menahan kemarahan. Beberapa pemain yang seharusnya menjadi leader di tim ini performanya sangat mengecewakan. Malah seolah menjadi beban. Mereka terlalu terlena. Tim ini seperti kehilangan soul-nya."
Sebuah kekecewaan mendalam. Lalu apa yang sebenarnya terjadi? Yang bisa menjawab adalah para pemain sendiri. Mengapa mereka tidak pernah menang di 4 laga terakhir. Saya rasa pemain dan official juga tidak pernah telat gaji. Tidak ada persoalan krusial tentunya kalau hal itu tidak terjadi.
Terlena seperti yang dikatakan CEO klub dalam statemen resminya kata-kata yang patut digarisbawahi. Ya, sejak putaran pertama tim kebanggan Surabaya ini memang memimpin klasemen sementara Liga 1 musim 2024/2025.
Berbanding terbalik, di putaran kedua, tim asuhan Paul Munster ini seolah tidak punya soul (baca: jiwa). Bermain tanpa pola yang jelas. Alur serangan seolah monoton dan gampang terbaca. Jika tidak ingin maki terperosok Persebaya harus berubah di laga selanjutnya. Jika tidak, selamat tinggal mimpi juara Liga.(*)
Sumber: