Jadi Lokasi Transaksi Sekaligus Eksekusi

Jadi Lokasi Transaksi Sekaligus Eksekusi

Kencan di hotel kelas menengah bisa jadi menjadi hal yang biasa bagi pria-pria petualang. Karena itu menjamurnya apartemen di Surabaya akan menjadi pilihan, sekaligus memberikan sensasi yang berbeda. Ditambah longgarnya pengawasan apartemen dari pantauan, termasuk oleh aparat sekalipun. Terlebih di Kota Surabaya yang hingga kini belum memiliki aturan baku terkait kehidupan di apartemen, seringkali dimanfaatkan oleh orang-orang yang kurang memiliki tanggung jawab serta hanya mencari keuntungan semata. Jangan salah bila belakangan prostitusi juga kian tumbuh subur di beberapa apartemen di Kota Pahlawan. Wartawan koran ini yang melakukan penelusuran di apartemen hingga homestay, yang bermunculan layaknya jamur di musim hujan, sempat mengendus modus prostitusi ala apartemen dan homestay. Memang, jika dibandingkan dengan prostitusi apartemen di Jakarta, Surabaya boleh dibilang masih tertinggal beberapa langkah. Jika di Jakarta, transaksi prostitusi ilegal itu secara terang-terangan, lain halnya dengan di Surabaya. Kalaupun ada via online, itu pun pernah diendus aparat polrestabes pada pertengahan 2018 lalu. Kala itu belasan ABG asal Bandung dengan empat pria bertindak sebagai muncikari berhasil disergap di sebuah apartemen di Surabaya timur. Dengan modus lama, bermula dari transaksi di sebuah hotel yang ada di kawasan Jalan Diponegoro, selanjutnya sang muncikari menggiring pria hidung belang untuk melakukan eksekusi di apartemen. Sampai akhirnya Unit PPA Satreskrim Polrestabes Surabaya yang dipimpin AKP Ruth Yeny, berhasil meringkus komplotan prostitusi online asal Bandung tersebut. Dalam perkembangannya, kini prostitusi apartemen yang muncul di Surabaya, sudah tidak beda jauh dengan transaksi seks di beberapa eks lokalisasi yang telah ditutup oleh Pemkot Surabaya. Sebut saja Dolly, Jarak, Kremil, hingga Moroseneng. Tentunya langkah awal kita harus mem-booking kamar apartemen yang kini dipasarkan dengan harga cukup terjangkau. Akses yang kian mudah serta bermunculannya agen yang menyewakan apartemen dengan sistem harian, bulanan, hingga tahunan tentunya memudahkan semua orang untuk menikmati fasilitas apartemen. Usai mendapatkan kamar dengan hanya menunjukkan kartu identitas kepada agen yang memasarkan, dan membayar Rp 250 ribu plus deposit Rp 300 ribu. Langkah berikutnya kita tinggal mengontak jaringan prostitusinya. Awalnya memang tidak mudah untuk menembus jaringan itu, namun setelah mendapat akses dari seorang teman, akhirnya bisa tersambung juga. Setelah ada kesepakatan soal harga, jaringan yang mampu menembus mulai dari office boy hingga petugas keamanan itu kemudian memastikan wanita yang jadi bookingan itu. Tarifnya di kisaran Rp 500 hingga Rp 700 ribuan, itu tentu dengan ketentuan sekali kencan. Kondisi lingkungan apartemen dengan beberapa tower yang relatif “aman” alias penghuni yang super cuek, kian melenggangkan praktik prostitusi apartemen tersebut. Aturan yang dibacakan hingga dipampang oleh agen yang memasarkan apartemen, ternyata sekadar aturan. Semuanya bisa dilanggar dengan mudah. Karena yang namanya prostitusi, orang hanya berpikir uang dan uang. Ujung-ujungnya adalah untuk mendapatkan kenikmatan semata. (tyo/yok/bersambung)                

Sumber: