Tukang Pijat Tuna Netra Wadul Ke Machfud Arifin

Tukang Pijat Tuna Netra Wadul Ke Machfud Arifin

Surabaya, Memorandum.co.id - Pandemi corona berdampak pada semua sektor. Termasuk nasib tukang pijat di Kota Surabaya, pelanggannya mengalami penurunan drastis. Bahkan kadang 5 hari baru 1 pelanggan yang dipijat. Anikawati, tukang pijat tuna netra dari Surabaya menyampaikan gegara Covid-19, menganggu kegiatannya pekerjaan dirinya bersama tukang pijat tunanetra lainnya. Dihadapan Irjen Pol (Purn) Machfud Arifin, Anikawati mengutarakan bila banyak kehilangan pelangan. "Turun drastis. Biasanya sehari 2 sampai 3 orang sekarang bisa lima hari baru mijat 1 orang," ujar Anikawati saat menerima bantuan sembako dari Irjen Pol (Purn) Machfud Arifin, Rabu (22/4). Setiap pelanggan yang dipijat menggunakan jasa tukang pijat tunanetra satu jam Rp 60 ribu. Jika sehari tiga orang masing-masing satu jam, maka pendapatannya mencapai Rp 180 ribu. Namun di saat pandemi corona ini, lanjut Anikawati, mereka tidak mendapatkan pemasukan dari jasa memijat. "Padahal untuk menghidupi keluarganya, dari keahlian sebagai tukang pijat," kata Anikawati. Tapi di wabah ini, juga ada pengusaha yang membantu mereka dengan diberikan sembako. Tapi mereka kebingungannya untuk membayar listrik, air, dan biaya-biaya lainnya. "Jadi yang susah ini untuk membayar lampu (listrik), membayar kontrakan rumah. Bulan ini saya tidak bisa membayar kontrakan," ujarnya. Ia menerangkan, kontrakan rumah biasanya dibayari oleh organisasi tukang pijat tuna netra. Ada 25 orang tukang pijat tuna netra yang tergabung dalam organisasi. "Setiap bulannya saya mencicil Rp 1,5 juta per bulan ke organisasi itu waktu sebelum ada corona. Semenjak ada corona ini sudah satu bulan nggak bisa bayar kontrakan Rp 1,5 itu," tuturnya. Apa yang dialaminya ini sudah diajukan ke Pemerintah Kota Surabaya beberapa waktu lalu. Namun sampai hari ini mereka belum mendapatkan bantuan. "Sudah mengajukan, tapi belum terealisasi. Harapan saya mudah-mudahan pemerintah membantu masyarakat disabilitas di Surabaya dan difable pada umumnya untuk minta ada bantuan dari pemerintah supaya meringankan beban ini," katanya. Anikawati mengucapkan syukur mendapatkan bantuan dari mantan Kapolda Jatim ini, yang dapat membantu meringankan bebannya di tengah wabah corona. "Saya terima kasih bantuannya dari Pak Machfud. Mudah-mudahan hajat dan apa yang menjadi keinginan Pak Machfud terkabulkan sebagai Wali Kota Surabaya akan dikabulkan oleh Allah. Dan mudah-mudahan di lain waktu bisa membantu kami lagi," katanya. Anikawati mengatakan, 25 tukang pijat tuna netra yang menjadi anggota di dalam organisasi yang diikutinya itu juga mengalami hal yang sama. "Semuanya tuna netra dan juga mengalami seperti saya," terangnya. Ia berharap agar wabah corona ini segera diangkat kembali oleh Allah SWT dari Surabaya, Jawa Timur, Indonesia dan bumi ini. "Mudah-mudahan ini corona ini cepat berlalu," harapnya. Sementara itu, Machfud Arifin mengatakan, bantuan yang diberikan sebagai salah satu bentuk kepeduliannya terhadap warga yang terdampak dari virus corona di dunia ini termasuk ada di Surabaya. "Dampaknya seperti yang dialami tukang pijat tradisional, pijat sehat dari kaum tuna netra yang ada asosiasinya, berbagi kasih lah," kata Machfud. "Karena selama ini dapat penghasilan cuman satu. Kadang-kadang lima hari nggak dapat. Ini kan kasihan untuk bisa mendapatkan kebutuhan sehari-hari untuk makan untuk keluarganya. Tadi ada ibu anaknya empat, kan kasihan," katanya. Para tukang pijat tuna netra ini juga tidak terdaftar sebagai masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Bantuan permakanan juga tidak ada. "Ini kan kasihan. Saya berharap nantinya diperhatikan untuk bisa menjalankan kehidupannya," ujarnya. Machfud yang diusung koalisi partai PKB, PAN, Gerindra, Demokrat, PPP, NasDem dan Partai Golkar berharap wabah Corona ini segera berakhir. "Ini juga akan memasuki bulan ramadhan, tentunya ibadah juga berjalan. Kita banyak berdoa, mudah-mudahan corona ini cepat berlalu. "Ini bukan hanya persoalan dunia, tapi juga persoalan bangsa dan juga persoalan di Jawa Timur dan di Surabaya," ujarnya. Masyarakat ini kata Machfud, yang terdepan untuk bisa mencegah penyebaran virus ini. "Bukan pada aparat, pemerintah, dokter, tenaga medis, tapi masyarakat itu sendiri yang paling depan untuk mematuhi apa yang menjadi kebijakan pemerintah," katanya. "Jaga jarak, tidak perlu kumpul-kumpul, jaga kebersihan dan juga meningkatkan daya tahan tubuh, beraktifitas, olah raga untuk menjaga tubuh sehat. Kita berdoa saja di bulan ramadhan ini nanti virus ini segera berlalu," harap Machfud. (day/tyo)  

Sumber: