Pengamat Politik: Gerakan Kotak Kosong Gagal di Pilkada 2024

Pengamat Politik: Gerakan Kotak Kosong Gagal di Pilkada 2024

Ikhsan Rosidi pengamat politik dari survei Surabaya Survey Center (SSC). --

SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Kekalahan semua kotak kosong pada seluruh pilkada Jawa Timur bukan hal yang mengejutkan, bahkan kekalahan telak hingga lebih 90 persen di Pilkada Ngawi pun juga tak mengherankan. Hal itu disampaikan Ikhsan Rosidi pengamat politik dari survei Surabaya Survey Center (SSC). 

"Secara antropologi politik, masyarakat Indonesia, adalah masyarakat paternalisik, yang membutuhkan simbol-simbol dalam hal apapun. Termasuk dalam politik, utamanya politik elektoral," kata Ikhsan Rosidi. 

Lebih lanjut Ikhsan menjelaskan bahwa pemilih lebih menyukai pilihan dengan simbol yang tampak dan nyata dibanding pilihan yang tidak nyata atau sumir. 

BACA JUGA:Suara Kotak Kosong Cukup Tinggi, Pengamat Politik Sebut Calon Kepala Daerah Terpilih Perlu Evaluasi

"Gerakan kotak kosong sebagai sebuah ide perlawanan bisa diterima dan mendapat tempat pada sebagian masyarakat, namun tidak cukup kuat menggiring pemilih untuk menjatuhkan pilihan, sebab ide kotak kosong berhenti sebatas ide saja, gerakannya seperti apa, arahnya kemana, oleh siapa dan untuk siapa tidak jelas serta tidak konkrit, " paparnya. 

"Untuk menjadi simbol bagi masyarakat yang paternalistik, gerakan kotak kosong gagal. Sehingga pantas jika kalah, " lanjutnya. 

Ikhsan mengungkapkan, konsolidasi adalah kunci sebuah gerakan politik membawa pengaruh elektoral atau tidak. Menurutnya, gerakan kotak kosong tidak terkonsolidasi. 

BACA JUGA:Catatan Eko Yudiono: Fenomena Kotak Kosong di Pilbup Gresik: Antara Dukungan dan Kritik

"Mungkin memiliki jaringan, tapi tidak memiliki struktur yang solid, dan yang paling penting konsolidasi membutuhkan ongkos politik, " ujarnya. 

Pihaknya mengatakan, sejauh ini tidak ada yang secara penuh bersedia mengongkosi gerakan ini karena pola, arah dan tujuan yang tidak jelas. 

"Sehingga tanpa ongkos yang memadai mustahil dapat memenangkan kompetisi pilkada, " jelasnya. 

BACA JUGA:ErJi Unggul Telak 84,04 Persen atas Kotak Kosong

Ikhsan menelaah hal itu tidak terdapat figur kuat sebagai pendorong dan sekaligus perekat dalam gerakan kotak kosong, yang berakibat tidak ada yang berperan sebagai lokomotif yang menggerakkan jaringan dan arah perlawan kotak kosong.

"Tingginya persentase pemilih suara kotak kosong di Gresik, hemat saya karena lebih pada karakter pemilih yang apatis, bukan akibat konsolidasi serius dari satu pihak, " pungkasnya. (alf)

Sumber: