Monolog Pandemi, Suguhkan Carut Marut Covid-19

Monolog Pandemi, Suguhkan Carut Marut Covid-19

Surabaya, Memorandum.co,id - Menyikapi fenomena wabah Covid-19, sekelompok seniman muda asal Surabaya dari Komunitas MASTER (Masih Suka Berteater) menyuguhkan pertunjukan pementasan drama Monolog berjudul Pandemi. Pentas Monolog Pandemi ini akan digelar pada Rabu (22/4/2020) pukul 19.30 WIB dan digelar dengan menerapkan protokol Covid-19 termasuk social dan physical distancing. "Pertunjukan Monolog Pandemi ini hanya menampilkan seorang aktor yang diperankan Gegeh B. Setiadi dibantu tim kreatif dan produksi dari gabungan Teater Lingkar dan Teater Geo. Tentunya dipentaskan tanpa penonton dan disiarkan live melalui instagram lewat akun @komunitas.master dan @teater_lingkar," kata Manajer Produksi, Aditya Poundra. Penulis naskah Pandemi, M. Afrizal Akbar, mengatakan pementasan Monolog ini sebagai bentuk evaluasi dan kritik tentang kegagapan dunia menyikapi pandemic Covid-19. "Kegagapan penanganan Pandemi ini juga terjadi di Indonesia, dampaknya, banyak sendi kehidupan di masyarakat menjadi lumpuh," kata pria yang juga menjabat Sekjen IKA Stikosa AWS tersebut. Monolog Pandemi ini menyuguhkan pesan tentang kekuatan masyarakat dalam bergotongroyong, peduli sesama, hingga ciptakan lumbung pangan mandiri tanpa sentuhan pemerintah. Di sisi lain, fakta satire juga disuguhkan saat banyak korban meninggal harus dicekal, rasa saling curiga, hingga tiba-tiba ada yang mati, setiap orang berlomba mengklaim itu Corona, seolah bergaya layaknya petugas medis yang jago mendiagnosa. Pementasan Monolog berjudul Pandemi itu diproses dan disutradarai oleh Ryan Herdiansyah. seniman muda yang juga anggota Teater Lingkar Stikosa AWS. Pementasan yang difasilitasi Dewan Kesenian Kota Surabaya itu juga didukung oleh tim kreatif dari Teater Geo, Unipa. Gegeh B. Setiadi yang menjadi aktor menyebutkan bahwa monolog berjudul Pandemi ini tentang kegagapan negara menangani pandemi Covid-19. “Ini adalah bagian dari upaya kami mempertahankan kreativitas dalam berkesenian. Di saat semua harus berhenti dengan social distancing, di tengah pandemi Covid-19, lakon Pandemi hadir. Lakon ini bercerita tentang kegagapan negara ketika terjadi pandemi Covid-19,” kata Gegeh. Meskipun pementasan teater seperti ini bukan yang pertama bagi Gegeh sebagai pemain, tetapi penampilan secara live melalui streaming adalah pengalaman pertama bagi Gegeh bersama seluruh pendukung pementasan monolog Pandemi. “Ini pengalaman pertama. Pengalaman pertama tampil secara streaming. Sebelumnya kami pernah tampil dalam beberapa pementasan teater. Ini menarik lantaran kami juga pertama kali menggelar pementasan melalui daring,” pungkas Gegeh. Sutradara Pandemi, Ryan Herdiansyah mengatakan, proses pertunjukkan berbasis daring ini dikerjakan dengan cukup singkat, hanya satu minggu. "Tapi singkatnya proses produksi dan kreatif di naskah Pandemi ini bukan berarti emosi dan rasa yang kita tawarkan bukan sesuatu yang mendadak kita munculkan," katanya. Menurutnya, menyutradarai naskah Pandemi ini memaksa dirinya untuk masuk ke dalam dimensi imajinernya. "Mulai dari kondisi latar ruang, tokoh, sudut pandang, perasaan dan nuansa. Proses penyutradaraan naskah ini rasanya sangat intim, sangat dekat dan rasa takut, amarah, sedih, kecewa    yang dirasakan di naskah ini juga saya rasakan di kehidupan nyata," terangnya. (gus/gus)

Sumber: