Klub Liga 1 Tolak Protes APPI Tentang Pemotongan Gaji Pemain

Klub Liga 1 Tolak Protes APPI Tentang Pemotongan Gaji Pemain

Surabaya, Memorandum.co.id -Klub Liga 1 2020 Madura United merespons protes Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) yang memprotes keputusan PSSI tentang pemotongan gaji pemain hingga 75 persen sebagai dampak penghentian Liga setelah terdampak corona. Berdasar Surat Keputusan PSSI Nomor 48/SKEP/III/2020 tentang Kompetisi Liga 1 dan Liga 2 Musim 2020 dalam Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Virus Corona (Covid-19). Memutuskan enam poin penting berdasar pertimbangan dan lainnya. Salah satu poin penting dari surat keputusan tersebut, PSSI menetapkan empat bulan ke depan (Maret, April, Mei dan Juni 2020) sebagai status keadaan darurat virus corona dan disebut sebagai status force majeure. Termasuk poin yang mempersilakan klub untuk menggaji pemain maksimal 25 persen dari total gaji yang tertera dalam kontrak, terhitung mulai Maret hingga Juni 2020 mendatang. Hal tersebut berlaku sejak tanggal ditetapkan, yakni terhitung 27 Maret 2020 hingga batas waktu yang tidak ditentukan. “Tidak ada yang senang dengan kondisi ini, kompetisi berhenti bukan maunya klub, tapi berhenti demi keselamatan pemain, suporter dan ofisial. Ini bukan lagi urusan hak dan kewajiban, tapi sudah urusan nyawa dan keselamatan,” kata Presiden klub Madura Unitd Achsanul Qosasi, dikutip dari salah satu jejaring media sosial (medsos) pribadinya. “Pemain Madura (United) tidak ada yang keberatan terhadap keputusan PSSI, semua sudah menandatangani persetujuan darurat dengan mengevaluasi sementara gaji yang harus mereka terima. Sesuai dengan keputusan PSSI, pemain Madura harus ikut empati terhadap situasi ini,” ungkapnya. Bahkan para pemain dalam skuad berjuluk Laskar Sape Kerrab juga sudah menerima Down Payment (DP) cukup dengan gaji penuh selama dua bulan, sementara para April 2020 mereka sudah menerima 25 persen sesuai keputusan PSSI. “Perjanjian klub dengan pemain bukan perjanjian dagang, ini perjanjian antara pemberi kerja dengan pekerja yang tunduk kepada regulator (PSSI dan Liga). Jika regulator sudah memutuskan, tidak perlu berembuk dengan pemain,” sambung pria yang akrab disapa AQ. Tidak hanya itu, pihaknya juga menyampaikan jika saat ini negara sudah mengambil keputusan cepat, di antaranya bansos dipercepat, zakat disegerakan, larangan dalam 12 Undang-Undang dibolehkan, kewajiban dilonggarkan, semua perjanjian direvisi. Hal tersebut dilakukan karena kondisi sedang tidak normal. “Apa yang dilakukan PSSI saat ini adalah kebijaksanaan walaupun membebani klub dengan 25 persen tanpa kontraprestasi apapun dari pemain,” tegasnya. (sr/gus)

Sumber: