Langkah Ragu Hadapi Corona
Bangsa Indonesia masih belum bisa lepas dari rongrongan corona. Pemimpin dan rakyatnya sibuk memerangi virus yang menjadi pandemi dunia ini. Sayang, pemerintah yang seharusnya fokus menghadapi masalah ini selalu melangkah ragu. Serba telat dan seolah tanpa koordinasi. Kebijakan pusat dan daerah terkesan tumpang tindih tidak beraturan. Lihat saja, di sana-sini terlihat masyarakat sibuk membagi-bagikan masker, hand sanitizer, dan disinfektan. Bahkan tak cukup hanya memberi, tapi ikut langsung membantu menyemprot dengan dalih “peduli”. Hebatnya, gerakan mereka tak hanya pribadi. Ada yang mewakili kelompoknya. Mewakili gengnya, mewakili partainya, mewakili organisasinya, dan masih banyak lagi mewaliki apa saja yang bisa diwakili oleh mereka (masyarakat). Pemerintah juga demikian (pemerintah kota, pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi, pemerintah pusat) sejak kali pertama Covid-19 dinyatakan oleh WHO (World Health Organization) sebagai pandemi global, tak henti-hentinya bekerja (seolah) ekstra keras, siang-malam-pagi menangani virus yang kian hari makin menakutkan akibat kematian korbannya terus meningkat. Begitu pula aparat kepolisian dan tantara kita, semua ikut bergerak membantu pemerintah menangani virus mematikan guna menyelamatkan masyarakat. Mereka tak berhenti dan terus bergerak menyosialisasi bahaya virus corona hingga ke gang-gang, menghalau masyarakat yang masih kerap terlihat di warkop-warkop (warung kopi), sampai ikut menyemprot disinfektan ke kampung-kampung. Tak cukup hanya di situ, di berbagai sudut kota juga terlihat dengan jelas aparat dan bagian masyarakat yang lain sibuk bagi-bagi sembako dan empon-empon. Ada juga yang sibuk bagi-bagi makanan. Dalih mereka sama, “peduli sesama”. Bahkan, beberapa kota, kabupaten, provinsi melakukan tindakan sedikit ekstrem. Dengan bantuan aparat kepolisian dan tentara, mereka menutup akses masuk atau keluar wilayahnya. Semua tindakan itu tentu memberi isyarat begitu besar tanggungjawab mereka kepada rakyat yang hidup di negara kesatuan Rebupblik Indonesia (NKRI) ini. Semua ini tentu terlihat memprihatinkan. Seakan pemerintah tak lagi memiliki kekuatan hakiki sebagai penganyom rakyat. Seakan pemerintah tak mampu menjadi pelindung bagi masyarakat, meski kita semua melihat dengan jelas bagaimana pemerintah berjuang habis-habisan memerangi virus yang awalnya “menyerang” negeri China itu. Kita semua juga tahu, gak sedikit anggaran pemerintah, anggaran aparat kepolisian, anggaran tantara, digelontorkan untuk menangani ancaman virus konyol itu. Nah dari semua yang terjadi, gak berlebihanlah jika sebagian masyarakat menyebut NKRI kini sedang diuji oleh virus corona. Apalagi kurang dari sebulan lagi sebagian besar muslim yang hidup di NKRI akan menjalani ibadah puasa sebulan penuh.(*)
Sumber: