Kantah ATR/BPN Tulungagung Gelar Rapat Laporan Akhir, Penyusunan Data Penerima Akses Reforma Agraria
Kakantah ATR/BPN Tulungagung, Ferri Saragih saat rapat laporan akhir.--
Kemudian pada sektor UMKM, pihaknya mendapati masalah seperti perizinan, kualitas dan harga bahan baku, sulitnya akses pemasaran produk dari Desa Tiudan, dan beberapa masalah lainnya.
BACA JUGA:Kantah ATR/BPN Tulungagung Apreasiasi Manfaat Rencana Detail Tata Ruang
"Pada sektor peternakan, kita juga dapati hewan yang terkena penyakit dan virus, jangkauan pemasaran juga jadi masalah, keterbatasan modal, hingga pemanfaatan kotoran ternak yang kurang maksimal. Kemudian untuk sektor perikanan, ada masalah harga ikan yang tidak stabil dan belum adanya izin usaha perikanan dan legalitas kelompok," urainya.
Ferri menegaskan, pihaknya cukup mengapresiasi kegiatan ini. Apalagi juga banyak masukan dari OPD yang hadir.
Seperti yang disampaikan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Tulungagung, yang memberikan informasi sistematis yang bisa menjadi solusi masalah peternakan bagi masyarakat Desa Tiudan.
"Pemikiran sistematis seperti ini yang kita harapkan, kita pelajari masalahnya, kemudian kita carikan solusinya bagaimana. Misal kayak peternakan jangkrik, kalau dinilai tidak bagus dan tidak cocok ya diganti saja. Begitu juga soal ternak kambing, kalau sistem branding dianggap kurang menguntungkan dan lebih menguntungkan penggemukan, ya kita arahkan kesana. Kita lakukan kegiatan sesuai kebutuhan masyarakat," jelasnya.
Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemkab Tulungagung, Agus Prijanto Utomo mendukung kegiatan ini. Apalagi bertujuan untuk meningkatkan kualitas masyarakat di Desa Tiudan.
Agus mengungkapkan, dengan adanya kegiatan ini pihaknya berharap OPD dan pemdes berupaya mencari solusi dan mengarahkan masyarakat untuk berupaya meningkatkan kualitas produknya.
Pihaknya mencontohkan, produk krupuk Gombloh khas Desa Tiudan yang bisa dinaikkan kelasnya. Yaitu dengan peningkatan kualitas produk, packaging, hingga pemasaran, sehingga semakin meningkat kualitas produk mereka.
"Kita itu ada banyak ribuan warung kopi, itu bisa jadi sasaran pemasaran untuk krupuk Gombloh ini. Atau ada juga strategi lain dengan memberikan nama yang mudah diingat. Misal jaman dulu ada krupuk Tersanjung karena waktu itu lagi musim sinetron Tersanjung, sehingga mudah diingat dan laku," jelasnya.
Pihaknya juga mengajak masyarakat untuk memodernisasi teknologi dalam pembuatan produk mereka. Seperti dalam pembuatan batu bata yang sampai saat ini masih belum berkembang padahal zaman sudah maju.
BACA JUGA:Kantah ATR/BPN Tulungagung Dukung Pemutakhiran Data Website oleh Kementerian
"Misalnya pembuatan batu bata, walaupun itu sudah lama ada di Desa Tiudan tapi perkembangan teknologi harus diterapkan. Ini yang perlu juga coba diterapkan," ungkapnya.(fir/fai)
Sumber: