Dari Dapur ke Panggung, Transformasi Long Nolongen Menjadi Karya Seni Kontemporer

Dari Dapur ke Panggung, Transformasi Long Nolongen Menjadi Karya Seni Kontemporer

Latihan Long Nolongen oleh Komunitas Seni Perempuan Xpresif, Bangkalan.--

Di Madura tradisi hajatan pernikahan identik dengan sebutan remo, namun remo sejatinya memiliki beberapa macam pengertian berdasar tujuannya: remo pernikahan dan remo selamatan. Keduanya biasanya diikuti peristiwa to’-oto’ (arisan madura) dan kerap dilakukan secara bersamaan, tetapi khusus remo selamatan yang bertujuan mengumpulkan modal pelaksanaan suatu hajat, bisa dilakukan kapan pun. Dalam rangkaian perayaan hajatan tersebut ada peristiwa yang sering luput dari penghayatan mendalam karena dianggap sebagai peristiwa keseharian belaka: long-nolongen. 

BACA JUGA:Banyak Orang Salah Paham! Inilah Alasan Latihan Teater Sampai Larut Malam

Long-nolongen memiliki arti tolong-menolong dalam banyak hal yang terjadi di ruang interaksi sosial masyarakat Madura, yaitu tanean lanjhang (halaman panjang). Dalam acara hajatan, tetangga akan datang atas adanya undangan dari pihak tuan rumah. Tetangga perempuan datang untuk membantu memasak bersama di dapur, di sini dapur adalah bagian penting dari tanean lanjhang. Sedangkan laki-laki ikut mendirikan terop (tenda) dan berdoa di halaman. Praktik ini menjadi sangat signifikan perannya dalam mengukur keaktifan partisipasi suatu keluarga di tengah masyarakat, seberapa besar mereka dipandang dan dihormati, dan seberapa ramai “tanean” mereka saat sedang menggelar hajat?

Dalam pertunjukan ini, para seniman telah mengamati dan mempelajari aktivitas warga khususnya peran perempuan saat long-nolongen di beberapa hajatan pernikahan dan selamatan di desa Jeddih Barat, Bangkalan, untuk kemudian diolah menghasilkan koreografi teatrikal terhadap temuan-temuan yang mereka jumpai, seperti respon terhadap kuasa dapur (bhideg, kang massak, kang rakora), peralatan masak, ragam bahan dan masakan, dinding rumah, bangku pendidikan, serta percakapan negosiasi antara tua dan muda perempuan Madura dalam upaya meneruskan apa yang disebut tradisi ini. (Kolektif Seni Perempuan Xpresif).(*)

Sumber: