Rangkaian Perayaan Suro, Pemdes Tambahrejo Lumajang Gelar Ritual Ojung, Lestarikan Budaya Agar Tidak Punah

Rangkaian Perayaan Suro, Pemdes Tambahrejo Lumajang Gelar Ritual Ojung, Lestarikan Budaya Agar Tidak Punah

Supiadi, S.Pd Kepala desa Tambahrejo, kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang Menyaksikan Langsung Pertandingan Ojung-Biro Lumajang-

LUMAJANG, MEMORANDUM - Rangkaian kegiatan Loemajang Mbiyen terus bergulir. Berlangsung mulai tanggal 6 Juli 2024 sampai dengan 14 Juli 2024 dengan Jorgan Seminggu Ning Candipuro. 

Adapun rangksian acara, diawali pawai 1000 obor di desa Candipuro, grebeg suro di Sumber Mujur, ritual ruwat air Tirtosari desa Penanggal, arak-arakan gunungan hasil bumi, arak-arakan tumpeng desa Tumpeng, ritual Sampyong (Ojung) desa Tambahrejo dan festival rujak otek.

Pemerintah Desa Tambahrejo, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang Jawa Timur menggelar Sampyong (ojung), di Lapangan Desa setempat, Rabu 10 Juli 2024.

Tradisi Ojung merupakan tradisi tahunan bagi masyarakat Desa Tambahrejo, yang setiap tahunya selalu digelar oleh pemerintah desa Tambahrejo. 

BACA JUGA:Dorong Pertumbuhan Ekonomi Lokal, Melalui Pameran Wisata Loemadjang Mbiyen

Selain dalam rangka  perayaan suro, ojung tersebut juga termasuk dalam rangkaian acara Event "Loemadjang Biyen" yang diresmikan langsung oleh Pj. Bupati Lumajang Indah Wahyuni.

Salah satunya adalah Desa Tambahrejo yang mempunyai tradisi Ritual Sampyong ( ojung ), yang merupakan kesenian tradisional yang paling unik, dan untuk pemainnya adalah dari beberapa Desa yang masuk dalam undangan untuk mengikuti acara Ritual Sampyong / Ujung tersebut.

Supiadi, S.Pd Kepala Desa Tambahrejo ketika dikonfirmasi Memorandum mengatakan, bahwa tradisi Ritual Ojung adalah mengikuti sejarah yang harus dilestarikan.

Menurutnya, masyarakat Tambahrejo sudah terbiasa disetiap tahunnya menggelar Ritual Sampyong (Ojung ).

BACA JUGA:Wakil Ketua DPRD Lumajang Apresiasi Event Loemadjang Mbiyen, Mampu Hidupkan Perekonomian

"Ojung merupakan seni budaya, mempertunjukkan adu kekuatan dan ketangkasan setiap pemain, kekuatan memukul dan dipukul dengan menggunakan alat yang terbuat dari kayu atau rotan, "ucap Kades.

Cara bermain ujungan tersebut ada dua pemain berdiri berhadapan, pukulan pada lawan dibatasi 5 atau sampai dengan 10 pukulan dilakukan secara bergantian, sasaran pukulan dibatasi dibawah leher sampai diatas punggung belakang,  dihentikan apabila salah satu pemain menyerah karena tidak kuat menahan pukulan yang begitu sakit, menang atau kalah yang menentukan dewan juri.

Supiadi berharap, semoga masyarakat Tambahrejo di jauhkan dari bala musibah, diberi kemudahan rejeki dan kedepannya semakin maju, makmur dan sejahtera," harapnya.(Ags)

Sumber: