Kementerian LH Ajukan Surabaya Sebagai Kota Lahan Basah dunia

Kementerian LH Ajukan Surabaya Sebagai Kota Lahan Basah dunia

Surabaya, memorandum.co.id - Pengembangan mangrove di Wonorejo dan beberapa mangrove lainnya di Kota Surabaya, mendapat perhatian dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia. Direktur Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian Daerah Aliran Sungai KLHK Saparis Sudaryanto mengatakan Kota Surabaya berpeluang mendapat akreditasi kota lahan basah dunia. “Nanti Surabaya akan diusulkan sebagai salah satu kota nominasi untuk memperoleh akreditasi dalam pengolahan kota lahan basah tingkat dunia atau internasional,” kata dia di Surabaya. Ia memastikan bahwa pengolahan lahan basah ini juga menjadi komitmen Pemerintah Indonesia karena Indonesia sudah meratifikasi Konvensi Ramsar sejak tahun 1991 melalui Keputusan Presiden RI No. 48 tahun 1991. Konvensi Ramsar adalah perjanjian internasional untuk konservasi dan pemanfaatan lahan basah secara berkelanjutan. Nama resmi konvensi ini adalah The Convention on Wetlands of International Importance, especially as Waterfowl Habitat. “Indonesia akan mengusulkan Surabaya dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur Jambi untuk mendapatkan akreditasi pengolahan kota lahan basah tingkat dunia itu,” imbuhnya. Ia juga mengakui bahwa kondisi Surabaya lebih komplek dan sangat pantas mendapatkan akreditasi itu. Di samping ada pengembangan mangrove, ada pula pembangunan waduk-waduk dan bozem, kanan kiri sungai tertata, sehingga ini lebih komplek karena melibatkan berbagai pihak. Masih lanjut dia,  Pemkot Surabaya diminta untuk melengkapi beberapa dokumen. Nantinya, dokumen itu juga harus dilengkapi surat dari Wali Kota Risma kepada Menteri LHK untuk memperoleh endorsement letter atau surat dukungan ke secretariat ramsar. “Nanti kita masukkan, Bulan Juni akan dinilai,” tegasnya. Sementara itu, Wali Kota Risma menyanggupi untuk menggarap berbagai dokumen itu beserta suratnya. Ia juga memastikan bahwa terus mengembangkan area mangrove, termasuk pembebasan lahan-lahannya dan juga terus melakukan penanaman mangrove. “Banyak cari apa saja ada di Surabaya. Kita tidak punya uang, tapi kita punya cara. Makanya pelibatan masyarakat itu juga sangat penting,” pungkasnya. (udi/gus)

Sumber: