Corona, DBD, dan Pesta Demokrasi

Corona, DBD, dan Pesta Demokrasi

Pemilihan wali Kota Surabaya dilaksanakan September nanti. Tahapan demi tahapan pesta demokrasi lima tahunan ini terus bergulir sesuai jadwal dengan kurun yang cukup panjang, sehingga berimbas pada dinamisasi pergerakan politik. Tegasnya, sampai berpengaruh terhadap setiap langkah kerja para politisi. Tengoklah hari-hari sepekan terakhir ini, di tengah-tengah hiruk pikuk politik yang mulai memanas, mencuat beberapa kejadian yang tidak terduga. Menyentakkan ketenangan masyarakat hingga berpengaruh pada tindakan maupun cara berpikir mereka Contoh, sebut saja kemunculan virus corona atau Cofid-19. Masyarakat menjadi ketakutan. Gampangnya, kehidupan masyarakat se-dunia terteror akibat virus ini, termasuk warga Kota Surabaya. Tanpa terasa kondisi ini mengubah “wajah” perpolitikan di kota berjuluk Kota Pahlawan. Paling tidak, ancaman virus corona berdampak negatif pada cara berpikir, cara pandang, bahkan cara bertindak warga kota pada tahun politik seperti tahun ini. Warga yang tadinya antusias menyambut perhelatan akbar pemilihan wali kota, kini mulai enggan membicarakan. Pelan-pelan mereka cuek, tak ambil pusing dulu. Mereka lebih banyak berpikir dan membahas virus corona. Otomatis ini berdampak terhadap pergerakan para politisi yang sedang getol-getolnya mempersiapkan jago pada pertarungan pilwali. Dari kampung ke kampung, dari kantor ke kantor, dari ruang terbuka sampai ruang tertutup, semua warga membicarakan ancaman virus corona. Banyak! Mulai dari mahalnya harga masker, perubahan perilaku warga dengan memborong sembako (sembilan bahan pokok), sulitnya menjaga kesehatan, sampai cara menjaga kebersihan tangan. Semua tergambar jelas di masyarakat dalam dua-tiga pekan belakangan ini. Begitu pula soal wisata, kini banyak orang menghindar datang ke obyek-obyek wisata terbaik yang selama ini menjadi unggulan. Mereka ketakutan, Apalagi setelah pemerintah Saudi Arabia menghentikan ibadah umrah, dijadikan contoh kongkret untuk alasan kuatnya. Ditambah lagi kabar terakhir pekan ini car free day di Surabaya maupun di Jakarta dihentikan, makin kuat alasannya. Pun soal kabar terindikasinya olahragawan positif corona di akhir pekan ini, kian memperkuat cara berpikir masyarakat untuk tak lagi peduli politik dulu, apalagi pilwali. Nah, mau tidak mau, suka tidak suka, merebaknya virus corona membuat tatanan politik bergeser. Tadinya masyarakat mudah dipengaruhi oleh janji-janji manis para politisi untuk memberi dukungan pada calon tertentu pada Pilwali Kota Surabaya 2020, kini tak akan lagi mudah mendukung. Masyarakat pasti berhitung untung-rugi untuk mendukung calon yang tidak peduli kesehatan. Apalagi, pada akhir pekan ini terkuak kematian warga akibat serangan DBD (demam berdarah dengue), makin memastikan masyarakat tak berpikir politik dulu karena sebentar lagi kematian warga akibat DBD bakal menjadi sumber ketakutan baru seperti ketakutan pada virus corona.(*)

Sumber: