umrah expo

Merdeka Pendidikan: Mimpi Panjang yang Mulai Nyata

Merdeka Pendidikan: Mimpi Panjang yang Mulai Nyata

Deputi Diseminasi dan Media Informasi Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Noudhy Valdryno.--

Tapi, kata dia, pendidikan adalah leapfrog--lompatan menuju Indonesia Emas 2045. Bukan mimpi yang muncul mendadak di pagi 1 Januari 2045, melainkan kerja panjang dari sekarang.

BACA JUGA:Pangkoarmada II Pimpin Apel Gabungan TNI-Polri di Surabaya: Jaga Sinergi Menuju Indonesia Emas

"Merdeka Pendidikan ini bukan hanya akses terhadap pendidikan, tapi Pak Prabowo itu memikirkan. Ini ada 3 program. Sekolah Rakyat, Sekolah Garuda, Sekolah Garuda Transformasi, tambah lagi sekarang Revitalisasi Sekolah-Sekolah," ungkapnya.

Sekolah Rakyat jadi tombaknya. Targetnya jelas: memutus rantai kemiskinan di keluarga-keluarga desil 1 dan 2. Konsepnya full boarding school--asrama penuh. Negara mengambil alih peran sebagai orang tua kedua. 

Tidak mudah, kata Rino, membujuk orang tua melepas anaknya tinggal di sekolah. Tapi mereka paham: ini investasi masa depan.

BACA JUGA:Menuju Indonesia Emas 2045, Pemkab Jombang Gaungkan Gerakan B2SA

Di NTT, di Jabodetabek, lebih dari 100 titik sudah berjalan. Ada yang menampung 100 siswa, ada yang 1.000. Idealnya? Seperti best practice di luar negeri: satu sekolah bisa 10 ribu siswa. 

Lengkap dengan lapangan sepak bola, lapangan tenis, fasilitas olahraga dan seni. Karena, kata Rino, "Anak-anak kita nggak semua jago matematika. Mungkin bakatnya bola, musik, atau sains. Semua harus difasilitasi," urainya.

Lalu ada Sekolah Garuda.

Ini untuk anak-anak bertalenta tinggi di bidang STEM--yang dibina dengan kurikulum internasional supaya bisa masuk ke universitas top dunia. Standarnya ketat. Bukan cuma lulus pintar, tapi siap bersaing di level global.

BACA JUGA:Grand Final Duta Genre, Wali Kota Mas Adi Ajak Bersinergi Menuju Indonesia Emas 2045

Rino menuturkan, visi Prabowo itubsudah tertulis dalam 16 buku sejak 2004. Kini, buku-buku tersrbut dijalankan. Termasuk menyiapkan industri dalam negeri.

Dari mineral langka, energi, sampai pangan—agar saat anak-anak top itu pulang, mereka punya tempat untuk mengabdi. Bedanya dengan program wajib belajar dulu?"Integrasi," jawabnya.

Kalau dulu gratis sekolah, tapi anak di pelosok tak bisa datang karena jarak. Sekarang, negara siapkan asrama. Negara hadir, sampai ke desil 0.

BACA JUGA:Munas VII Apeksi, Kota Malang Komitmen Wujudkan Visi Indonesia Emas

Sumber: