umrah expo

DPRD Surabaya Kritik Keras Rencana Ekskul Mobile Legend di Sekolah

DPRD Surabaya Kritik Keras Rencana Ekskul Mobile Legend di Sekolah

Anak ketika bermain game online. --

Menurutnya, kebijakan ini ironis dan bertentangan dengan program pemerintah pusat untuk mempersiapkan Generasi Emas 2045.

"Ini sama sekali tidak relevan dengan program mempersiapkan Generasi Emas 2045. Anak-anak yang saat ini berusia 1-15 tahun adalah calon generasi tersebut. Saat ini, mereka sudah mulai dirusak isi otaknya, matanya, dan perilakunya," tegas Yona.

BACA JUGA:Waspada! Kenali Ciri-Ciri Kecanduan Game Online pada Anak

Ia juga mengkritik Pemkot yang terkesan berjalan sendiri tanpa melibatkan DPRD sebagai mitra dalam merumuskan kebijakan yang menyangkut masa depan anak bangsa ini.

"Hal ini melibatkan masa depan anak bangsa, tapi pemkot terkesan tidak melibatkan mitranya. Padahal seharusnya hal tersebut harus dibicarakan secara mendalam yang melibatkan semua pihak, utamanya dewan sebagai mitra kerja pemerintah," kata Yona. 

BACA JUGA:Upaya Pencegahan Kecanduan Game Online: Peran Orang Tua dan Masyarakat

Lebih lanjut, Yona berpendapat bahwa esport lebih tepat ditujukan bagi kelompok usia di atas 18 tahun, misalnya sebagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di perguruan tinggi. Untuk siswa SMP dan SMA, kurikulum dan ekskul seharusnya lebih ditekankan pada pembentukan karakter dan pekerti.

"Untuk usia di bawah 18 tahun, harusnya kurikulum lebih menekankan pada pembentukan karakter dan attitude. Ekskulnya bisa seperti bela diri, futsal, seni tari, fotografi,  dan Pramuka, yang lebih jelas manfaatnya," sarannya.

BACA JUGA:Dampak Fatal Kecanduan Game Online: Dari Gangguan Mental hingga Kriminalitas

Yona pun menantang Pemkot Surabaya untuk bertanggung jawab penuh jika program ini tetap dijalankan. Ia menuntut adanya pemeriksaan kesehatan berkala oleh Dinas Kesehatan terhadap kondisi mata dan psikologis siswa yang mengikuti ekskul E-Sport.

"Dinas Kesehatan harus memeriksa kesehatan mata dan kondisi psikologis siswa peserta ekskul ini. Jika pada hari pertama mereka normal, maka tiga bulan kemudian harus dicek ulang. Apabila ditemukan indikasi pertambahan mata minus atau perubahan mental ke arah negatif, pemkot harus tegas menghentikan program ini," pungkasnya. (alf)

Sumber: