20 Perempuan Gresik Jadi Korban Kekerasan Seksual Sejak Awal 2025: Terbanyak Anak
-Ilustrasi-
GRESIK, MEMORANDUM.CO.ID - Kasus pemerkosaan terhadap gadis 14 tahun di Kecamatan Driyorejo kembali menyumbang angka kekerasan seksual anak di Gresik. Hal tersebut menambah catatan terkait kondisi kerentanan anak dan perlindungannya terhadap predator seksual.
BACA JUGA:Polres Gresik Tangkap Ayah Tiri Cabuli Anak di Bawah Umur
Seperti diketahui, gadis yang masih berstatus pelajar SMP itu digagahi temannya yang merupakan siswa SMA, KSM (17). Polisi pun kini telah menetapkan KSM sebagai anak yang berkonflik dengan hukum (ABH).

Mini Kidi--
ABH tersebut melakukan tindakan asusila terhadap korban pada Maret lalu. Namun, kasus itu baru mencuat usai dilaporkan oleh keluarga korban pada awal Juni kemarin.
BACA JUGA:Polres Gresik Gerak Cepat Ungkap Kasus Persetubuhan Anak di Bawah Umur
Kepala Dinas KBPPPA Gresik, dr Titik Ernawati mengatakan, korban kini telah berada di bawah pendampingan pihaknya. Dirinya pun memastikan upaya pemulihan psikologis terhadap anak di bawah umur tersebut.
"Korban dalam pendampingan kami untuk proses pemulihan kondisi korban. Akan kita dampingi terus karena untuk pemulihan butuh waktu yang lama. Mohon bantuan doanya," kata Titik saat dihubungi, Jumat 20 Juni 2025.
BACA JUGA: Hanya Bisa Ngelus Dada! Cabuli Anak Tiri 2 Tahun Pria di Cerme Tak Ingat Berapa Kali
Ia menjelaskan, sejak awal tahun 2025 hingga Juni, tercatat 20 kasus kekerasan seksual terhadap perempuan di Gresik. Dari jumlah itu, anak menjadi korban tertinggi. Dengan 9 anak perempuan menjadi korban persetubuhan.
“Terdapat juga 6 kasus pelecehan seksual terhadap anak perempuan sejak Januari 2025,” ungkapnya.
BACA JUGA: Sungguh Terlalu! Dua Tahun Pria asal Cerme, Gresik Cabuli Dua Anak Tiri
Titik menjelaskan, kasus kekerasan seksual mayoritas terjadi di kawasan Gresik selatan. Seperti di wilayah Kecamatan Driyorejo, Menganti, Wringinanom, hingga Benjeng.
"Benar, kasusnya didominasi di Gresik bagian selatan," tuturnya.
Kepala UPT Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Gresik, Ratna Faizah menyebut, peran lingkungan menjadi salah satu pemicu utama terjadinya kekerasan seksual pada anak.
BACA JUGA:Pelajar Driyorejo Gresik Ditangkap Polisi, Diduga Perkosa Anak di Bawah Umur
Dirinya mengutip teori ekologi Urie Bronfenbrenner, bahwa faktor microsystem (lingkungan terdekat) dan chronosystem (perubahan zaman seperti era digital) menjadi penyumbang utama risiko kekerasan seksual terhadap anak.
"Akses bebas terhadap konten seksual di media digital tanpa edukasi yang memadai menjadi salah satu penyebab utama," bebernya.
BACA JUGA:Bejat! Pria Gresik Perkosa Anak Tiri, Beraksi saat Rumah Sepi
Pihaknya pun aktif memberi pendampingan intensif terhadap para korban. Termasuk bantuan psikologis, hukum, medis, sosial, hingga bantuan administratif untuk pemulihan kondisi korban secara menyeluruh.
Kadis KBPPA Titik pun menegaskan perlunya tanggung jawab bersama untuk menekan angka kekerasan seksual anak. Untuk itu, pihaknya aktif memberi edukasi serta perlindungan berbasis keluarga dan lingkungan.
BACA JUGA:Diduga Perkosa Anak di Bawah Umur, Pemuda Bawean Diringkus Polisi
Termasuk mengimbau orang tua untuk lebih waspada dan aktif mengawasi anak, baik secara langsung maupun daring.
"Perlindungan anak merupakan tanggung jawab bersama. Orang tua perlu membangun komunikasi terbuka dan mengedukasi anak sejak dini," tandas Titik. (rez)
Sumber:

