umrah expo

.Feast, Antara Energi Rock dan Kritik Realita

.Feast, Antara Energi Rock dan Kritik Realita

.Feast--

SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID – Nama .Feast semakin sering terdengar di kalangan anak muda pecinta musik tanah air, beranggotakan 5 orang yaitu baskara putra (vokalis),adnan (gitaris), dicky renanda (gitaris), fikri fadzil (bassist) dan adrianus aristo (drummer).

Band asal Jakarta ini dikenal bukan hanya karena hentakan musik rock yang penuh energi, tetapi juga karena lirik-lirik yang tajam dalam menyuarakan keresahan sosial dan realitas kehidupan politik. 

Penampilan .Feast selalu berhasil menghibur para penonton dalam membangun suasana bermusik melalui suara petikan gitar, gebukan drum, hingga teriakan vokal Baskara Putra yang membuat mereka larut dalam semangat. 

BACA JUGA:Semarak Serenade HUT RI ke-80 di Tulungagung: Kolaborasi Seni, Musik dan Budaya


Mini Kidi--

Namun, di balik hingar-bingar musiknya, terselip pesan mulai dari isu politik, sosial, hingga kehidupan sehari-hari, semua dikaryakan melalui single album mereka. 

Sebagai band yang tumbuh dari kancah musik indie, .Feast memiliki cara unik untuk mendekatkan diri dengan pendengar yaitu dengan membuktikan keinginan mereka bermusik bukan hanya hiburan, tapi juga medium dalam berbicara tentang realita yang kadang terasa berat. 

Hal inilah yang membuat karya mereka terasa relevan bagi banyak orang, khususnya generasi muda yang sering merasa suaranya tidak didengar, selain itu melalui musiknya, .Feast tidak hanya mengajak pendengar menikmati lagu, tetapi juga berpikir.

BACA JUGA:Persebaya Gratiskan Lagu Song For Pride untuk UMKM, Tanggapi Polemik Royalti Musik

Energi rock berhasil mereka suguhkan di penampilan panggung berjalan seiring dengan kritik realita yang berusaha mereka sampaikan, hal inilah yang membuat .Feast berbeda dan tetap bertahan sebagai salah satu band dengan karakter kuat di dunia musik Indonesia.

Bagi para penggemarnya, menonton .Feast bukan sekedar menghadiri konser, melainkan ikut merasakan perjalanan emosional yang penuh warna, disertai lirik yang menyentil, membuat setiap pertunjukan terasa seperti ruang pertemuan ide dan perasaan.

Tidak heran jika .Feast berhasil membangun komunitas pendengar yang solid, yang tidak hanya datang untuk menikmati musik, tetapi juga untuk merasa terwakili oleh suara-suara yang mereka nyanyikan.  

 

Artikel ini ditulis oleh Cahya Fitra Sava Ardhiani, Mahasiswa Magang di Memorandum.

Sumber: