umrah expo

Tepuk Tangan untuk Janji Suci

Tepuk Tangan untuk Janji Suci

--

PERNIKAHAN adalah momen paling sakral dalam hidup manusia. Janji diucapkan. Doa dipanjatkan. Malaikat pun katanya ikut menyaksikan.

BACA JUGA:ASN Naik Gaji, Warkop Naik Omzet

Tapi kini, muncul “Tepuk Sakinah”. Viral. Jadi bahan tertawaan sekaligus hafalan. Mirip yel-yel pramuka. Atau tepukan anak-anak SD saat menyambut lomba 17-an. Bedanya, ini bukan lomba. Ini pernikahan.

Lucu? Bagi sebagian orang iya. Segar? Bagi sebagian calon pengantin mungkin iya. Tapi bagi sebagian lain, terasa janggal. Ada yang bilang ini menyepelekan. Janji kokoh diucapkan sambil tepuk tangan? Sungguh ringan. Terlalu ringan.

BACA JUGA:Suro Boyo vs Ayam Jago

Saya membayangkan,  bagaimana jika “janji kokoh” itu kelak benar-benar diuji? Saat cinta meredup, saat ego meninggi, saat ekonomi menguji. Apakah mereka akan menepuk tangan dulu sebelum bertengkar? Apakah “saling ridho” bisa lahir hanya karena pernah dinyanyikan sambil tersenyum?

Kementerian Agama pasti punya alasan. Katanya, agar pesan moral mudah diingat. Agar suasana bimbingan perkawinan cair. Baik, niatnya baik. Tapi bukankah kebenaran sejati tidak butuh gimmick? Bukankah sakralitas justru lahir dari keheningan, bukan dari tepuk tangan?

BACA JUGA:September Kelabu

Kita bisa saja mengemas doa menjadi jingle. Kita bisa saja menjadikan janji pernikahan sekadar chant lucu. Tapi, hati-hati. Jangan sampai yang sakral berubah jadi sekadar konten. Jangan sampai janji agung turun derajat jadi lelucon TikTok.

Lalu ada yang bilang, ini cuma ice breaking. Bukan kewajiban. Tidak usah dibesar-besarkan. Benar. Tapi sejak kapan janji rumah tangga butuh ice breaking? Yang akan mereka hadapi kelak bukanlah suasana hening di kelas KUA. Yang mereka hadapi adalah badai hidup, tagihan bulanan, dan tangisan bayi tengah malam.

BACA JUGA:Mulutmu Harimaumu

Itulah “ice breaking” sesungguhnya.

Saya jadi ingat, akad nikah itu singkat. Ringkas. Hanya beberapa kalimat. Tapi getarannya panjang, sepanjang usia pernikahan. Mungkin karena itu kita harus menjaganya tetap sakral. Jangan ditambah tepuk tangan. Jangan dikurangi jadi yel-yel.

BACA JUGA:Menanti Terobosan Kepala BNN Baru

Sumber: