Balapan Kuda Tradisional: Memaknai Jejak Sejarah dan Adrenalin

Kamis 21-03-2024,20:02 WIB
Reporter : Athifah Zukhruf Nisabaha
Editor : Ferry Ardi Setiawan

MEMORANDUM - Di tengah gegap gempita olahraga modern, tradisi balapan kuda tetap lestari di berbagai daerah di Indonesia. Lebih dari sekadar adu kecepatan, pacuan kuda tradisional mengandung nilai sejarah, budaya, dan kearifan lokal. Derap kaki kuda yang berpacu kencang tak hanya memacu adrenalin penonton, tetapi juga menawarkan pengalaman menyelami jejak masa lalu.

 

Asal-usul Balapan Kuda Tradisional

Asal-usul pasti balapan kuda tradisional di Indonesia belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa bukti sejarah menunjukkan tradisi ini sudah ada sejak lama. Relief di Candi Borobudur (abad ke-9) dan catatan perjalanan penjelajah Portugis (abad ke-16) menampilkan aktivitas masyarakat yang berkaitan dengan kuda, termasuk kemungkinan pacuan kuda.

BACA JUGA:Berkuda untuk Keseimbangan dan Kebugaran : Manfaat Olahraga Ringan yang Menyenangkan dan Menantang 

Diduga, balapan kuda awalnya diadakan sebagai sarana hiburan dan adu kemampuan para bangsawan atau masyarakat yang memiliki kuda. Seiring berjalannya waktu, tradisi ini berkembang menjadi bagian dari upacara adat atau festival rakyat.

BACA JUGA:Berkuda Olahraga yang Menyehatkan Tubuh dan Jiwa, Tidak Hanya Sebatas Hobi  

 

Tradisi Balapan Kuda di Berbagai Daerah

Balapan kuda tradisional dijumpai di berbagai daerah di Indonesia, masing-masing dengan kekhasannya tersendiri. Beberapa di antaranya:

BACA JUGA:Personel Kodim 0833/Kota Malang Sukseskan Pacuan Kuda Piala Panglima 

1. Pacuan Kuda Sumba

Di Sumba, Nusa Tenggara Timur, kuda yang digunakan untuk pacuan adalah kuda Sandelwood, kuda lokal yang terkenal tangguh. Pacuan kuda diselenggarakan sebagai bagian dari upacara adat Pasola, ritual perdamaian antar desa.

BACA JUGA:Pengamanan KTT G20, Polri Terjunkan Patroli Berkuda 

2. Pacu Jawi (Sumatera Barat)

Pacu Jawi merupakan tradisi balapan kerbau yang juga melibatkan adu kecepatan kuda. Para joki berpacu di hamparan sawah berlumpur untuk mengejar dan mengendalikan kerbau yang tengah berlari.

BACA JUGA:Taman Suroboyo Direnovasi Total, Dilengkapi Tempat Bermain Anak dan Berkuda 

3. Pacuan Kuda Gayo (Aceh)

Pacuan Kuda Gayo diselenggarakan setiap tahun untuk memeriahkan hari jadi kota Takengon dan hari kemerdekaan. Kuda yang digunakan biasanya adalah kuda hasil persilangan dengan kuda Arab, sehingga memiliki kecepatan tinggi.

BACA JUGA:Menunggang Kuda, Kapolres Bangkalan Blusukan Bagi Sembako ke Dusun Terpencil 

4. Ethobo Ghode (Madura)

Ethobo Ghode merupakan pacuan kuda yang diselenggarakan di pantai. Para joki berpacu di hamparan pasir sepanjang 2 kilometer dengan pemandangan laut lepas yang eksotis.

 

Daya Tarik Balapan Kuda Tradisional

Balapan kuda tradisional menyuguhkan perpaduan antara olahraga, budaya, dan wisata. Beberapa daya tariknya antara lain:

 

1. Keunikan tradisi

Aturan pertandingan, jenis kuda yang digunakan, dan prosesi upacara adat yang menyertai membuat balapan kuda tradisional berbeda dengan pacuan kuda modern.

 

2. Spirit kompetisi

Para joki dan pemilik kuda berusaha tampil maksimal untuk menjadi yang tercepat. Semangat tersebut menular ke para penonton yang bersorak semangat.

 

3. Atraksi budaya

Balapan kuda tradisional biasanya diselenggarakan bersamaan dengan pertunjukan seni daerah atau pasar tradisional. Hal ini menjadi daya tarik wisata tersendiri bagi para pengunjung.

 

4. Apresiasi terhadap kuda

Balapan kuda adalah bentuk penghargaan atas peran kuda dalam kehidupan masyarakat selama berabad-abad. Kuda tak hanya digunakan untuk berpacu, tetapi juga untuk pertanian, transportasi, dan perang pada masa lalu.

 

Pelestarian Balapan Kuda Tradisional

Di era modern, balapan kuda tradisional menghadapi tantangan seperti kurangnya regenerasi joki dan pengaruh budaya modern. Beberapa upaya pelestarian yang dapat dilakukan adalah:

 

1. Pendataan dan dokumentasi

Pemerintah dan lembaga terkait perlu mendata dan mendokumentasikan tradisi balapan kuda di berbagai daerah. Hal ini penting untuk menjaga keaslian dan nilai budaya yang terkandung di dalamnya.

 

2. Pembinaan dan pelatihan

Diperlukan pembinaan dan pelatihan bagi para joki muda untuk memastikan kelangsungan tradisi ini. Para joki senior dapat berbagi ilmu dan pengalaman mereka kepada generasi penerus.

 

3. Promosi dan edukasi

Promosi dan edukasi tentang balapan kuda tradisional perlu dilakukan kepada masyarakat luas, terutama generasi muda. Hal ini dapat dilakukan melalui media massa, festival budaya, dan kegiatan edukasi di sekolah.

 

4. Dukungan pemerintah

Dukungan pemerintah dalam bentuk regulasi, pendanaan, dan infrastruktur sangatlah penting untuk menjaga kelestarian balapan kuda tradisional.

 

Balapan kuda tradisional merupakan warisan budaya yang tak ternilai harganya. Tradisi ini tak hanya memacu adrenalin, tetapi juga menyimpan jejak sejarah dan nilai budaya yang perlu dilestarikan. Dengan berbagai upaya yang melibatkan pemerintah, masyarakat, dan komunitas pecinta kuda, tradisi ini dapat terus hidup dan berkembang di tengah era modern.

 

Diiringi derap kaki kuda yang beradu kencang, balapan kuda tradisional membawa kita menyelami jejak sejarah dan kearifan lokal. Tradisi ini tak hanya memacu adrenalin, tetapi juga mengingatkan kita tentang hubungan erat manusia dengan hewan dan pentingnya menjaga warisan budaya bangsa. (*)

Kategori :