Bantu Janda Tiga Anak Difabel

Jumat 14-02-2020,07:24 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Probolinggo, Memorandum.co.id - Di usia senjanya, Juama (55), janda asal Dusun Mawar, Desa Pesisir, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, tak seberuntung orang lain. Ia harus berjuang menghidupi ketiga anaknya yang difabel yang hanya mampu berdiam diri di rumah yang kondisinya sangat memprihatinkan. Tinggal bersama ketiga anaknya yang mengalami kebutaan, mereka tak mampu berbuat banyak untuk memperbaiki rumah yang bocor. Akibatnya, jika hujan, hampir dipastikan, Juama dan anaknya harus menampung air di dalam rumah. Kondisi Juama dan ketiga anaknya akhirnya sampai kepada Kapolres Probolinggo Kota AKBP Ambariyadi. Perwira dengan pangkat dua melati itu langsung memerintahkan kasatbinmas dan personel untuk memberikan bantuan kepada sang janda dengan tiga anak. Kasatbinmas AKP Retno Utami mengatakan, kehadiran personel Polres Probolinggo Kota merupakan kegiatan bakti sosial. “Kita mendapat informasi dari media  dan melalui Bhabinkamtibmas Polsek Sumberasih, bahwa ada seorang janda dan anaknya yang membutuhkan uluran tangan dari dermawan,” katanya. Retno Utami mengakui, bahwa bantuan yang diberikan tidaklah begitu besar nilainya. “Setidaknya bantuan ini bisa meringankan dan akan bermanfaat buat keluarga mereka,” tandas Retno Utami. Sementara itu, Juama mengucapkan terima kasih kepada Polres Probolinggo Kota yang telah menyempatkan diri berkunjung ke gubuknya. “Terima kasih kepada Polres Probolinggo Kota yang sudah sudi memperhatikan kami. Tak sanggup kami membalasnya, semoga Tuhan melimpahkan keberkahan kepada pak polisi dan keluarga,” tutur Juama. Untuk menyambung hidup sehari-hari, kata Juama, hanya mengandalkan belas kasihan tetangga sekitar. “Bagaimana mau bekerja, tiga ada saya difabel. Setiap hari harus merawat mereka,” ucapnya, seraya meneteskan air mata. Juama berkisah, perjalanan hidupnya berubah menjadi pahit, setelah sang suami, Madrai memilih pergi. Lebih tepatnya sesaat setelah kelahiran putra keempatnya, Juari yang saat ini berusia 30 tahun. Ketika itu, Juari lahir dengan kondisi cacat buta. “Dia lebih memilih pergi dengan selingkuhannya. Meninggalkan saya dan anak-anak. Sejak saat itu, saya harus berjuang sendiri, menghidupi anak-anak,” sebut Juama. Dari keempat anak Juama dan Madrai, hanya Hosnanik atau si sulung saja, yang kondisinya normal. Kini putri pertama Juama itu merantau ke Kalimantan. Di sana, Nanik sudah berkeluarga dan punya anak. Sementara tiga anak Juama yang lain, mengalami keterbelakangan mental, stroke dan buta. Praktis, sehari-hari Juama hanya bisa menghabiskan waktu merawat ketiganya. Juama makin kebingungan, saat rumah yang dtinggalinya perlahan reyot dan tak layak huni. Juama dan anaknya pun, pindah, menempati rumah anak sulungnya. “Tapi sebentar lagi, anaknya yang pertama mau pulang dan menetap di sini. Kami kasihan, dia harus tinggal di mana lagi. Sementara rumahnya sendiri sudah tidak layak huni,” kata tetangga Juama, Senia. Senia menuturkan, sehari-hari Juama hanya bisa mengharap sedekah dan bantuan para dermawan. Bantuan dari pemerintah, juga tidak ada. Hanya saja, sekitar sembilan bulan silam, sempat ada petugas yang mendata. Meminta fotokopi KTP dan KK milik Juama. Namun hingga saat ini, tidak ada kejelasan soal dokumen tersebut. Sementara itu, Juama juga menyebut, sempat menerima bantuan berupa kambing dan sejumlah beras dari pihak desa. Namun, karena tidak ada yang mencari rumput untuk pakan ternak itu, akhirnya dijual. “Terpaksa kami jual, hasilnya kami gunakan untuk menyambung hidup setiap hari,” pungkasnya. (mhd/fer)

Tags :
Kategori :

Terkait