SURABAYA, MEMORANDUM - Penggunaan pewangi ruangan semakin marak dijumpai di mana-mana meski mengandung senyawa kimia yang berbahaya. Potensi bahaya dari pewangi ruangan tampaknya masih luput dari perhatian pemerintah. Belum banyak penelitian di dalam negeri yang menguak pengaruh jangka panjang pewangi ruangan ruangan terhadap kesehatan.
Pakar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) dr Arief Bakhtiar SpP(K) FAPSR menguraikan hasil penelitian yang menggunakan tikus sebagai objek. Hasilnya, paparan pewangi ruangan dalam jangka panjang dapat menyebabkan perubahan negatif pada jaringan saluran napas, khususnya pada selaput lendir.
“Paparan pewangi ruangan menghasilkan dampak negatif pada perubahan jaringan saluran napas, terutama pada selaput lendir. Dampak paparan pewangi ruangan cair pada perubahan histologi selaput lendir hidung lebih parah jika dibandingkan dengan paparan pewangi ruangan dalam bentuk gel,” kata Arief, Jumat 1 Maret 2024.
“Sementara itu, paparan pewangi ruangan gel memiliki dampak yang lebih buruk terhadap perubahan histologi jaringan paru jika dibandingkan dengan paparan pewangi ruangan cair,” imbuhnya.
BACA JUGA:Bullying Terus Marak, Psikolog Unair Sebut Timbulkan Trauma pada Korban dan Pelaku
Arief juga mengutip Multiple Chemical Sensitivity (MCS) tahun 2005 yang menyebutkan bahwa pengharum ruangan dapat bekerja melalui beberapa cara. Termasuk melemahkan kemampuan saraf pembau, melapisi hidung dengan zat berminyak tak terdeteksi, menutupi bau dengan aroma lain, dan mengubah komposisi bau yang tidak menyenangkan.
Alumnus FK UNAIR itu menjelaskan prinsip dasar dari pewangi ruangan adalah ketika bahan kimia di dalamnya berinteraksi dengan saluran napas. Itu akan menimbulkan respons peradangan atau inflamasi.
“Prinsip dasar pewangi ruangan Ketika berinteraksi dengan saluran napas, maka akan menimbulkan respons peradangan atau inflamasi yang jika berlangsung secara lama dan terus menerus maka akan menimbulkan dampak yang tidak baik. Pajanan bahan kimia pada sistem pernapasan akan menyebabkan iritasi, peradangan, bronkokonstriksi, dan sensitisasi,” katanya.
“Penelitian lain di luar negeri melaporkan, bahwa pajanan wewangian dapat menyebabkan beberapa individu sensitif mengalami episode asma dan dampak kesehatan yang merugikan lainnya,” imbuhnya.
BACA JUGA:Shalsa, Mahasiswa FIB Unair Raih Kesempatan Magang di Hokkaido Jepang
Untuk mengurangi resiko dampak negatif pewangi ruangan, dr Arief menyarankan beberapa langkah pencegahan. Misalnya, dengan mengurangi penggunaan pewangi buatan, terutama yang berbentuk aerosol; menghentikan penggunaan jika ada anggota keluarga yang mengalami gejala seperti batuk-batuk, sesak nafas, atau iritasi kulit dan mata; serta lebih memilih pewangi ruangan alami.(alf)