SURABAYA, MEMORANDUM - Abah Selamet, seorang penjual sangkar di Pasar Burung Bratang, merasakan penurunan pembeli yang signifikan. Pria yang telah bergelut di dunia kicau mania sejak tahun 1993 ini menuturkan bahwa situasi pasar sekarang lebih sepi dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.
"Saya merasakan ada penurunan jumlah pembeli saat ini, " kata Abah Selamet ditemui Memorandum di lapaknya.
Pria yang dikaruniai dua anak ini mengaku tidak bisa memprediksi jumlah pembeli yang datang ke lapaknya. Kadang dalam sehari hanya ada satu pembeli, dan di hari lain cukup ramai.
"Pembeli yang datang ke lapaknya tidak menentu, terkadang hanya satu pembeli dalam sehari. Omzetnya juga tidak menentu sekarang ini, " kata Selamet.
BACA JUGA:Wali Kota Madiun Apresiasi Kehadiran Pencinta Burung Merpati Pos
Abah Selamet menawarkan berbagai macam sangkar burung dengan model dan ukuran yang beragam. Harganya pun bervariasi, mulai dari Rp 400.000 hingga Rp 650.000. Beberapa model sangkar yang tersedia di Abah Selamet antara lain kurungan kosan yang didesain khusus untuk burung Cucak Ijo dengan memperhatikan kebutuhan dan karakteristik burung tersebut. Kemudian ada sangkar burung Murai Batu memiliki desain yang kokoh dan artistik, cocok untuk burung Murai Batu yang terkenal dengan keindahan suaranya.
"Ada banyak model, ada kurungan model kosan, ada pula sangkar burung Murai Batu, " ujannya.
Abah Selamet menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi untuk membuat sangkarnya, sehingga sangkarnya kokoh dan tahan lama. Harga sangkar di Abah Selamet relatif terjangkau dibandingkan dengan toko lain.
"Merek sangkar yang saya jual Ebod Jaya sudah terbukti kualitas dan banyak peminatnya, " ujarnya.
BACA JUGA:Maskot Pemkab Malang Burung Cucak Ijo dan Apel Bakal Diganti
Abah Selamet selain menjual sangkar, juga menjual berbagai perlengkapan penghobi burung kicau. Hal ini tentu menjadi nilai tambah bagi Abah Selamet karena dapat memenuhi kebutuhan para penghobi burung kicau secara lebih lengkap.
"Saya juga menjual cepuk makan, minum, tangkringan burung, kerodong, dan beberapa perlengkapan lainnya, " jelasnya.
Penurunan omzet ini, menurut Abah Selamet, telah terjadi sejak pandemi Covid-19 dan hingga saat ini belum pulih. Ia memprediksi bahwa kondisi ini disebabkan oleh ekonomi yang belum membaik.
"Mungkin karena faktor ekonomi ya, pasca Covid-19 beberapa tahun lalu rasanya sangat berdampak pada masyarakat luas, tidak hanya kami yang mencari nafkah dari penghobi burung kicau, " ujarnya.
BACA JUGA:Mameng: Emak Penghobi Burung
Faktor lain, salah satu penyebab sepinya minimnya pembeli langsung datang ke Pasar Bratang, adalah maraknya pasar online. Akibat persaingan bisnis penjualan online dengan konvesional ini dampaknya sangat dirasakan pedagang.
"Sekarang kan banyak yang jualan di online, bukan hanya sangkar aja, bahkan burung dan beberapa kebutuhan kicau juga sudah bisa di beli lewat online mas, " ungkapnya.
Namun, Abah Selamet tidak tinggal diam. Ia mengikuti perkembangan zaman dengan menawarkan sangkar yang ia jual melalui media sosial seperti Facebook. Hal ini terbukti membantu meningkatkan jangkauan pasarnya dan menarik pembeli baru.
"Saya juga jualan lewat online," ujarnya.
BACA JUGA:Polsek Tegalsari Gelar Lomba Ketangkasan Burung Dara
Meskipun pembeli di lapaknya sepi, Abah Selamet tetap optimis dan terus berusaha untuk meningkatkan penjualan sangkarnya. Ia yakin bahwa dengan kegigihan dan adaptasi terhadap perkembangan zaman, ia akan mampu melewati masa sulit ini. Dengan melakukan berbagai upaya tersebut, Abah Selamet berharap dapat meningkatkan kembali penjualannya dan tetap bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat.
"Kami berharap dengan memanfaatkan media sosial dan meningkatkan kualitas sangkar dan dapat menarik lebih banyak pembeli, " jelasnya.
Meskipun begitu, Abah Selamet patut bersyukur karena berkat kegigihannya dalam berjualan sangkar, beliau mampu mencapai salah satu tujuan hidupnya, yaitu berangkat haji pada tahun 2011. Pencapaian ini merupakan bukti nyata bahwa kerja keras dan ketekunan dapat mengantarkan seseorang pada kesuksesan.
"Alhamdulillah anak saya yang pertama juga menjadi abdi negara (polisi) dan anak yang kedua lulusan Kampus Pernanas dan kini mendapat panggilan di salah satu bank BUMN, " ujar Selamet dengan penuh rasa syukur.
BACA JUGA:Perdagangkan 6 Burung Elang, Pria Dukuh Pakis Dicokok Polisi
Kisah Abah Selamet ini tentu memberikan inspirasi bagi para pedagang kecil lainnya untuk tetap semangat dalam berusaha, meskipun di tengah situasi ekonomi yang sulit. Kegigihan dan keuletan Abah Selamet dalam berjualan sangkar selama bertahun-tahun menjadi contoh bahwa dengan kerja keras dan ketekunan, mimpi dapat diraih.
Selain itu pihaknya mengungkapkan harapannya agar Pemerintah Kota Surabaya lebih memperhatikan nasib para pedagang di pasar tersebut. Harapan ini muncul karena Abah Selamet dan para pedagang lainnya merasakan kondisi Pasar Bratang yang kurang ramai pengunjung.
Ia mengusulkan agar Pemkot Surabaya dapat menggelar event atau acara di Pasar Bratang untuk menarik minat pengunjung. Event tersebut dapat berupa perlombaan burung berkicau, pameran sangkar burung, atau kegiatan lain yang berkaitan dengan hewan peliharaan.
Menurut Abah Selamet, dengan diadakannya event, Pasar Bratang akan menjadi lebih ramai dan menarik pengunjung. Hal ini tentu akan berdampak positif pada penjualan para pedagang, termasuk Abah Selamet sendiri. Selain itu, event tersebut juga dapat menjadi ajang promosi bagi Pasar Bratang dan meningkatkan citranya sebagai salah satu pusat perdagangan hewan peliharaan di Surabaya.
BACA JUGA:Kepepet Tak Bisa Bayar Uang Kos, 2 Pemuda Curi Burung dan Ponsel
"Semoga harapan ini bisa mewakili para pedagang lainnya di Pasar Bratang demi kemajuan Pasar Bratang dan kesejahteraan para pedagang ya," pungkasnya.
Sementara itu Anam penjual burung mengaku harga burung mengalami penurunan, khususnya untuk jenis murai batu. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah banyaknya peternak murai batu.
"Banyaknya burung murai batu yang dihasilkan menyebabkan pasar menjadi jenuh. Hal ini menyebabkan harga murai batu turun, " ungkapnya.
Meski demikian peminat burung Murai Batu masih banyak. Kemudian yang tak kalah banyak peminat adalah penghobi burung Cucak Ijo.
BACA JUGA:Ngamen Sambil Curi Burung, Apes Terekam CCTV
Sementara meredupnya demam burung lovebird juga cukup berdampak terhadap kondisi pasar burung. Hal ini dapat dilihat dari penurunan jumlah pengunjung pasar burung.
"Demam lovebird yang melanda beberapa tahun lalu membuat banyak orang tertarik untuk memelihara burung tersebut. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah pengunjung pasar burung. Demam lovebird juga membuat harga burung tersebut melambung tinggi jelasnya.
Namun, seiring dengan meredupnya demam lovebird, harga burung tersebut pun turun drastis. Hal ini tentu berdampak pada pendapatan para pedagang burung lovebird.
Meskipun demam burung lovebird telah meredup, namun bukan berarti pasar burung mati. Para pedagang burung masih dapat beradaptasi dengan situasi ini dengan menjual jenis burung lain.
"Karena para pedagang burung tidak hanya berfokus pada penjualan burung lovebird, tetapi juga menjual jenis burung lain yang sedag populer, misal Muri Batu, Cucak Ijo, Cendet yang masih banyak peminatnya, " pungkasnya.(alf)