SURABAYA, MEMORANDUM - Silat adalah budaya bangsa yang luhur. Ketua 1 IPSI Kota Surabaya, Mahfud, berujar agar jangan sampai mengotori marwah perguruan dan tetap menjaga kamtibmas di wilayah Kota Surabaya.
Ia pun mengimbau agar pesilat untuk mengurangi segala bentuk konvoi yang tidak bermanfaat.
BACA JUGA:Dikeroyok Pesilat, Santri di Sidoarjo Terkapar
"Mungkin karena anggotanya terlalu banyak, tidak terkontrol dan yang melakukan itu kelompok-kelompok tertentu atau komunitas. Sejatinya semua perguruan silat itu mendidik akhlakul karimah, cuma sampai apa tidak ke bawah. Karena kadang-kadang komunitas-komunitas yang di luar (tidak resmi) membentuk kelompok tanpa terkontrol oleh organisasinya," kata Mahfud.
BACA JUGA:4 Pemuda Dikeroyok Pesilat di Surabaya, 3 Terduga Pelaku Diamankan Jatanras
Dalam kesehariannya bergaul dengan teman-teman perguruan itu sangat baik. Namun entah kenapa masih banyak oknum pesilat yang melakukan keonaran yang merugikan orang lain.
"Kita juga bingung, kita juga sering dipanggil Kapolrestabes Surabaya Kombespol Pasma Royce dan di grup pendekar juga diingatkan oleh polrestabes. Cuma mungkin banyaknya karena sekian persen masyarakat Surabaya ini itu belajar pencak silat. Baik secara terstruktur organisasi maupun tidak," ucap Ketua Tapak Suci Surabaya ini.
BACA JUGA:Aksi Anarkis Oknum Pesilat di Surabaya, Warga Minta Cabut Keanggotaan
Dalam perguruannya, ada 144 tempat latihan yang ia organisir (ada SK). Bahkan di sekolah-sekolah pun juga ada.
"Saya menginginkan jangan mencederai Kota Surabaya dengan oknum-oknum para pencak silat. Didalam organisasi kami pun juga memberikan hukuman bagi pesilat yang melakukan kesalahan sesuai dengan kadarnya. Jika bisa dibina ya dibina," bebernya.
BACA JUGA:Gerombolan Pesilat di Surabaya Lukai Warga, Praktisi: Perlu Dijerat Hukum agar Jera
Meskipun begitu saat berada di lingkungan masyarakat, mereka (oknum) tidak bisa mengkontrol emosinya. Saat tersenggol sedikit mudah emosi. Dan biasanya itu dilakukan oleh anak-anak yang baru belajar silat.
"Menurut saya, kalau bisa itu simbol-simbol perguruan itu dikurangi (tidak memakai atribut saat di masyarakat) dan juga konvoi-konvoi yang tidak bermanfaat. Kadang kala lepas dari perguruan dari organisasi, mereka membuat komunitas sendiri yang sulit dikendalikan," kata Mahfud yang juga seorang wasit IPSI Jatim.
BACA JUGA:2 Warga Gayungan Dikeroyok Gerombolan Pesilat yang Konvoi di Jalan Gubernur Suryo
Ia pun mengimbau agar para pesilat untuk menjaga citra perguruan agar tidak dirusak oleh para oknum. Padahal dalam perguruan juga ada wilayah atau kompetisi antar pesilat untuk bisa menunjukan kemampuan.