Adegan Sakdolah Bermesraan Terus Terbayang
Lika bertekad menyampaikan fakta yang tampak di depan matanya kepada Marpuah. Sudah tidak bisa disembunyikan.
Tidak bisa! Lika juga menyayangkan lelaki dengan fisik sempurna tersebut terjerat ranjau kemaksiatan senista itu.
Lika tidak terima karena Marpuah merupakan perempuan cantik yang jadi idola banyak orang. Bukan hanya bunga desa, dia layak dijuluki ratu kecantkan dunia.
Selama perjalanan pulang sore harinya, Lika merancang kalimat-kalimat yang akan disampaikan ke Marpuah.
BACA JUGA:Gadis Kota Ditelan Kehidupan Laknat LGBT (4)
Tidak mudah, tapi Lika terus berusaha. Saking tidak yakinnya terhadap diri sendri, Lika sampai menuliskan rancangan kalimat-kalimat tadi. Dia berharap Marpuah memahaminya tanpa harus merasa terlalu tersakiti.
Benarkah bisa semudah itu menyampaikan kabar penyelewengan seorang suami kepada istri? Apalagi ini bukan penyelewengan biasa. Hatinya berperang. Saling tarik-ulur.
Hingga sampai rumah, Lika belum menemukan format kalimat yang tepat untuk disampaikan kepada Marpuah. Lika malah dikejutkan kenyataan bahwa saat itu Sakdolah sudah berada di rumah. Sedang makan malam.
BACA JUGA:Gadis Kota Ditelan Kehidupan Laknat LGBT (3)
Lika dan seorang teman yang indekos di rumah tersebut, sebut saja Eli, langsung bergabung. Makan Malam itu menjadi moment yang menyiksa bagi Lika. Bayangan kemesraan Sakdolah dengan teman lelakinya terus membayang.
Lika tidak berani menatap wajah Sakdolah. Takut lelaki tersebut tahu bahwa Lika sudah tahu semua realita busuknya. Gadis bermata rembulan itu tidak sanggup menghabiskan makananannya. Dia minta izin meninggalkan tempat lebih dulu.
Tapi baru hendak menapakkan langkah, Sakdolah menyebut namanya. “Lika.”
Dada Lika berdetak keras. Takut apa yang dia khawatirkan tadi jadi kenyataan. “Sabtu depan ada acara nggak? Aku ingin mengajak kalian bertiga week end di Pacet. Aku menemukan persewaan vila yang bagus,” imbuh Sakdolah.
BACA JUGA:Gadis Kota Ditelan Kehidupan Laknat LGBT (2)
Tensi kekhawatiran Lika menurun. Detak jantungnya kembali normal. “Maaf Mas, Lika ada acara sendiri. Menyelesaikan skripsi ramai-ramai dengan teman-teman,” katanya.
Teryata Marpuah juga menolak. Demikian jula Eli. Dia beralasan sepupunya di desa akan menikah. Dia harus rewang-rewang. “Tapi cuma sehari kok. Minggunya aku sudah balik ke sini.”