Jelang Debat Capres Putaran Kedua, Pengamat SSC: Ketiganya Memiliki Visi Politik Berbeda

Kamis 21-12-2023,22:16 WIB
Reporter : Alif Bintang
Editor : Ferry Ardi Setiawan

Sementara itu, lanjutnya, Prabowo dalam debat tersebut ibarat seorang defender atau pemain bertahan, yang penuh energi menahan berbagai serangan lawan debatnya.

BACA JUGA:Evaluasi Posko Gotong Royong Demi Pemenangan Capres PDI-P

"Karakter seorang defender memang acapkali terlihat reaktif dan meledak-ledak, apalagi saat menghadapi serangan bertubi-tubi lawan, seperti pada saat menyanggah Anies soal HAM di Papua," beber Ikhsan.

Sedangkan Ganjar Pranowo dapat diibaratkan sebagai seorang pemain tengah, playmaker atau gelandang pengatur serangan. Tempo yang diperankan Ganjar di panggung debat tidak secepat striker tapi juga tidak terlalu defensif seperti pemain bertahan.

"Ganjar berhasil megatur ritme serangan dengan baik, tapi juga tak kalah baiknya dalam bertahan, seperti pada saat menengahi silang pendapat antara Prabowo dan Anies soal Parpol sebagai pilar demokrasi," terang Ikhsan.

Dalam perspektif komunikasi politik, kata Ikhsan, gaya komunikasi politik tiga capres dalam debat tersebut juga sangat kontras.

Gaya retoris, aktratif dan agitatif Anies Baswedan menunjukkan kematangannya dalam menguasai masalah dan bernarasi, sehingga menjadi magnet kuat bagi masyarakat pemilih dengan latar belakang kelas menengah, pemilih rasional dan terpelajar.

"Gaya debat Anies adalah gaya debat yang sangat mungkin kuat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan tinggi Anies Baswedan di Amerika. Yakni, gaya berdebat yang lugas, cepat dan tanpa tedeng aling-aling. Dan tentu saja gaya seperti ini kurang dapat diterima secara luas dalam kultur politik Indonesia," nilai dia.

Lalu Prabowo Subianto, kata Ikhsan, meskipun akhir-akhir ini berupaya mengubah citra dari sosok yang kaku cenderung temperamental menjadi sosok yang lebih santai dengan sering berjoget-joget dalam setiap penampilan publik.

"Akan tetapi, tetap masih terlihat karakter aslinya pada saat debat. Bahkan pada momen berdebat dengan Anies soal kondisi demokrasi di Indonesia, Prabowo terlihat cenderung marah saat mengatakan kalau Pak Jokowi diktator, anda tidak mungkin jadi gubenur," terangnya.

Karakter ini, tambah Ikhsan, dipersepsikan sebagai karakter tegas bagi kelompok pemilih pendukungnya, dan menjadi daya tarik kuat bagi pemilih kelas menengah ideologis dengan latar belakang generasi X dan Baby boomers.

Lebih jauh, jelas Ikhsan, dengan insiden sedikit terpancingnya emosi Prabowo dan terlihat sempat mengeluarkan kalimat dalam intonasi marah dalam debat tersebut tentu saja akan meninggalkan catatan minor tersendiri dalam memori masyarakat yang menyaksikan acara tersebut.

Sedangkan Ganjar Pranowo dalam menyampaikan visi politik maupun melakukan debat cenderung memilih gaya komunikasi yang santun, intonasi-intonasi yang datar, pilihan-pilihan kalimat dalam bahasa sehari-hari yang awam dan terlihat berhasil dalam mengendalikan emosi.

Sehingga gaya komunikasi oleh publik dinilai sebagai gaya debat yang lebih ketimuran dan lebih dapat diterima oleh kultur politik pemilih Indonesia.

Gaya komunikasi ini, kata Ikhsan, lebih banyak disukai oleh masyarakat kelompok pemilih ideologis kelas menengah ke bawah atau pemilih akar rumput. Terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur di sub kulutur Arek dan Mataraman, serta sebagian kelompok pemilih kelas menengah rasional.

"Secara umum kalau harus dievaluasi dan diberikan nilai untuk masing-masing capres dalam acara debat pertama, maka nilainya adalah Anies Baswedan A, Prabowo Subianto B, dan Ganjar Pranowo A," pungkasnya. (*)

Kategori :