Simpan Sobekan Karton di BH-nya
Endang menemui sekuriti dan bertanya siapa yang akhirnya diterima. Dengan senyum penjaga keamanan itu menjawab, “Mas yang ganteng. Mas Hendra,” kata sekuriti singkat
Endang bergegas pamit. Namun, Pak Satpam mencegahnya. “Ini ada titipan amplop dari Mas Hendra,” kata satpam sambil terseyum.
Endang kaget, dari mana Hendra tahu bahwa dia bakal kemari dan titip surat. “Orang ini memang aneh,” begitu kata hati Endang, yang sempat diceritakan kepada Win.
Keanehan ini pun diceritakan kepada Dina. Endang lantas memberikan amplop tadi kepada Dina. “Kok masih tertutup?” tanya Dina.
“Kamu aja yang buka,” tutur Endang.
“Nggak ah. Ntar isinya pernyataan cinta.”
“Ya ndakpapa. Kamu juga yang jawab.”
“Kok aku?”
Selanjutnya terjadi eyel-eyelan sampai akhirnya Dina yang mengalah dan bersedia membuka. Memang, dia sendiri aslinya kepo, demikian juga Endang. Maka mak-sret… kertas pinggiran amplop pun disobek.
Ternyata isinya hanya selembar karton sobekan bekas pembungkus mi instan. “Sangat tidak sopan,” batin Endang.
Tulisannya pun hanya sederet angka-angka. Nomor telepon. “Nih, telepon sana,” kata Dina sambil menyodorkan sobekan karton tadi. Endang tak mau menerima. Dia biarkan karton tersebut tertiup angin dan jatuh entah di mana.
Malamnya, Endang yang tinggal sekosan dengan Dina tidak bisa tidur. Tubuhnya glebakan ke sana-kemari. Udaranya panas dan pengap. Dia lantas cari angin dan jalan-jalan ke halaman depan.
Hampir satu jam Endang mondar-mandir seperti seterikaan. Hingga akhirnya kakinya tertempeli sesuatu. Endang jongkok dan hendak melepasnya. Namun niat itu diurungkan, karena sesuatu yang menempel di kakinya ternyata sobekan karton milik Hendra.
Dengan ragu Endang menelitinya, barangkali ada tulisan-tulisan lain di karton itu. Ternyata tidak ada. Hanya tertera deretan nomor telepon. Meski tidak yakin, Endang lantas memasukkan karton tersebut ke lipatan BH-nya.
Lucu.Walau nomor telepon Hendra sudah di tangannya, bahkan sudah dimasukkan ke memori ponselnya, Endang belum juga menelepon. Kondisi ini bertahan hingga lebih dari dua pekan.
Setiap hendak menelepon, Endang selalu ragu. Padahal, dia sangat ingin bertanya dan menegaskan bahwa pada tes yang dulu sempat diikutinya, memang benar-benar hanya Hendra yang diterima. Tidak begitu penting sih, tapi Endang kepo.