Ludahnya Diusapi Tisu dan Disimpan
Endang (samaran) merasa rumah tangganya harus end. The end. Tamat. Hidup serumah dengan sang suami, sebut saja Hendra, tidak bisa dilanjutkan.
“Saya memang bodoh. Goblok. Sok tahu. Padahal sejak awal sudah tahu kalau dia bakal seperti ini,” kata Endang seperti ditirukan pengacara yang dia mintai tolong mengurus gugatan cerainya, Win (bukan nama sebenarnnya), di kantornya dekat Pengadilan Aglama (PA) Surabaya, beberapa waktu lalu.
Endang mengaku kali pertama bertemu Hendra ketika mengikuti tes penerimaan karyawan baru di sebuah perusahaan swasta, dua tahun lalu. Pada pandangan pertama saja Endang sudah memberikan penilaian negatif.
Katanya Hendra tengil dan sok-sokan. Sepanjang perjalanan pulang dari tes, Endang tak henti-hentinya membicarakan ketengilan Hendra dengan sahabatnya yang juga ikut tes, sebut saja Dina.
“Endang mengaku sempat dicolek bokongnya ketika menuju tempat parkir,” kata Win. Ini yang paling menimbulkan sakit hati.
Kebetulan mereka, Endang dan Hendra, sama-sama lolos dari seleksi awal. Pada saat mengikuti wawancara pada seleksi berikutnya, Hendra bertingkah lagi. Endang diajak salaman dan telapak tangannya diciumi bolak-balik.
Endang sudah secepatnya menarik tangan, namun Hendra tidak kalah sigap. Dia genggam erat-erat tangan Endang, lalu menariknya mak-set.
Tentu saja Endang kaget dan seketika wajahnya mendarat di dada Hendra. Untung saja saat itu area parkir sangat sepi sehingga tidak ada orang yang melihat.
Endang marah. Permukaan wajahnya terasa panas. Malu dan marah bersatu jadi satu. Reflek Endang meludah ke wajah Hendra. Tepat mengenai pipi kiri dan meleleh hingga menetes melalui rahang.
“Kata Endang, Hendra tidak marah. Dia hanya tersenyum sambil mengusap ludah di wajahnnya dengan tisu, lantas melipatnya dengan rapi dan memasukkan tisu itu ke saku baju,” kata Win.
Pulang dari lokasi tes, Endang langung mencurahkan isi hati kepada Dina. Termasuk sumpah serapahnya kepada pemuda tersebut. Intinya Endang sangat benci kepada Hendra. Benci yang sebenci-bencinya. Benci-ci-ci-ci...
Saking bencinya, semua kosa kata kotor bahasa yang dia kuasai dikeluarkan. Dari misuh Soroboyoan diancuk hingga kata-kata Londo Inggris seperti fuck you dan bahasa Madura pate’ jih turut antre.
“Tapi areke ngganteng lho,” goda Dina seperti ditirukan Win.
“Tapi kurang ajar,” sahut Endang.
“Areke yo gagah,” goda Tina lagi.
“Pret,” jawab Endang cepat.