SURABAYA, MEMORANDUM - Kapolda Jatim Irjenpol Toni Harmanto menurut Meimura, seniman ludruk Surabaya, adalah orang yang menarik dan keren.
Karena dengan banyaknya aktivitas selama menjabat, tiba-tiba beliau ikut dan membuka komunikasi dengan seniman ludruk seJawa Timur. "Menurut saya itu luar biasa dan Keren," kata Meimura kepada Memorandum.
Artinya, masih kata Meimura, secara sosilogi kultural dia melihat betapa pentingnya kesenian ludruk ini di tengah masyarakat Jawa Timur. Baik era sebelum dan sesudah kemerdekaan yang mana ludruk tidak mendapatkan tempat yang layak di Surabaya.
Meski begitu seniman ludruk sampai sekarang tetap hidup, baik itu daerah pegunungan, daerah-daerah, dan masyarakat masih mencintainya. "Karena itu saya melihat beliau (Kapolda), melihat itu," ucap Meimura.
BACA JUGA:Siapa Pengganti Irjen Pol Toni Harmanto? Empat Mantan Kapolda Jatim Ini Pernah Jadi Kapolri
Apakah karena kemungkinan melihat Wakapolda Jatim Brigjenpol Yusep Gunawan. Karena sewaktu menjabat Kapolrestabes Surabaya hubungan Meimura sangat dekat. Karena teater ludruk sangat besar yang dimiliki Indonesia, khususnya di Jawa Timur dan notabene muncul dari masyarakat.
"Dari sini Saya menangkap beliau (Kapolda) saat membuka festival kesenian ludruk menjadi bagian kontrol sosial masyarakat, kekuasaan, pemerintahan, keren itu. Saya belum pernah melihat Kapolda seperti itu," tutur Meimura.
Meimura menyayangkan jabatan yang diembang Irjenpol Toni Harmanto sangat pendek. Maka dari itu, dia berharap kepada Kapolda Jatim yang akan datang juga bisa melihat seperti itulah.
Sebab, menurut Meimura Jatim sangat spesifik, plural, yang punya beragam kebudayaan atau kesenian. "Saya kira dengan kesenian, bisa menjadi bagian menjaga kondusifitas keamanan dan perlindungan masyarakat di Jawa Timur," ungkap Meimura.
BACA JUGA:Pengganti Kapolda Jatim Irjenpol Toni Harmanto Diharapkan Berpengalaman di Bidang Reserse
Dan Meimura melihat jajaran polres, polsek Polda Jatim bergerak ke komunitas-komunitas, kampung-kampung menjalankan perintah Kapolda Jatim untuk membantu komunitas yang tidak mampu agar disupport, melatih anak-anak muda.
Kegiatan tersebut mengingatkan kepada
Komisaris Jenderal Polisi Dr. H. Moehammad Jasin yang dikenal sebagai "Bapak Brimob Polri", yang dulu polisinya Belanda. Kemudian begitu Indonesia merdeka, Jasin langsung menyatakan, bahwa polisi milik NKRI dan bukan milik Belanda.
"Dari sini saya melihat semangat itu, yang dilakukan di kampung-kampung teringat beliau (Kapolda), keren betul itum tapi sayang cuma sebentar menjabat, padahal saya belum pernah ketemu," tandas Meimura.(rio)